Minggu, 24 Februari 2013

HIKMAH WUDHU ...

Berikut ini adalah hikmah yang dapat kita peroleh dari wudhu seperti yang diuraikan Imam Al-Ghazali dalam bukunya "Ihya Ulumuddin".
Banyak di antara kita yang tidak sadar akan hakikat bahwa setiap yang dituntut dalam Islam mempunyai hikmah tersendiri.

1. Ketika berkumur, kita berdo'a, "Ya Allah ampunilah dosa mulut dan lidahku ini”.
Penjelasan : Sehari-hari kita bercakap-cakap mengenai benda-benda yang tak berfaidah.

2. Ketika membasuh muka, kita berdo'a, "Ya Allah, putihkanlah mukaku di akhirat kelak, Janganlah Kau hitamkan mukaku ini".
Penjelasan : Muka para ahli surga putih berseri-seri.

3. Ketika membasuh tangan kanan, kita berdo'a, "Ya Allah, berikanlah hisab-hisabku di tangan kananku ini"
Penjelasan : Hisab-hisab ahli surga diberikan di tangan kanannya.

4. Ketika membasuh tangan kiri, kita berdo'a, "Ya Allah, janganlah Kauberikan hisab-hisabku di tangan kiriku ini".
Penjelasan : Hisab-hisab ahli neraka diberikan di tangan kirinya

5. Ketika membasuh kepala, kita berdo'a, "Ya Allah, lindungilah aku dari terik matahari di Padang Ma'syar dengan Arasy-Mu"
Penjelasan : Panas di Padang Masyar seperti matahari sejengkal diatas kepala.

6. Ketika membasuh telinga, kita berdo'a, "Ya Allah, ampunilah dosa telingaku ini".
Penjelasan : Sehari-hari kita mendengar orang mengumpat, memfitnah, dan mendengar lagu-lagu berunsur maksiat.

7. Ketika membasuh kaki kanan, kita berdo'a, "Ya Allah, permudahlah aku melintasi titian Siratul Mustaqqim".
Penjelasan : Ahli surga melintasi titian dengan mudah sekali.

8. Ketika membasuh kaki kiri, kita berdo'a, "Ya Allah, bawalahaku pergi ke masjid-masjid, surau-surau, dan bukan tempat-tempat maksiat"



semoga bermanfaat~ ^^
ayo mari wudhu dan tegakan sholatnya~. ga da rugi nya lohh~~


Rabu, 13 Februari 2013

[FanFiction] STILL ALIVE ! Part 2


Cast : - Lee Min Ho
-Kim Hyun Joong 
-   Choi Seung Hyun and BigBang other member
-   Song Hyun Ji
Genre : Romance
Rate : PG – 16
*****
Ku kerjap-kerjap kan mataku. Silau. Ini dimana ? ahh aku kenal ruangan ini. Rumah sakit.
“eemmmm...”erang ku pelang.
“kau sudah sadar..?”suara itu. Ku larikan mata ku mencari asal suara itu.
“Min Ho-ssi..”desisku sambil mengigit bibir.
“akan kupanggilkan dokter.”katanya singkat dan dingin. Dan berlalu meninggalkan ruangan.
Dan tepat saat itu telepon ku berbunyi.
“hyun ji gwenchana ? ku dengar tadi pagi rusuh di kantor. Kata si panda kau pingsan di lift.”tanya minji dengan nada yang penuh khawatir.
“gwenchana minji-yaa.. aku baik-baik saja.”jawabku pelan.
“aku senang kau kembali bekerja. Aku sedih melihat mu seperti kemarin.”katanya lagi.
“emm.. aku juga senang bisa kembali bekerja.. kapan kalian pulang? Aku tunggu oleh-oleh mu minji..”kata ku sambil tersenyum.
“oleh-oleh ? apa ? kau mau apa ? ahh aku tahu. Disini banyak sekali cerry. Kau mau ?”
“apa saja minji.. kau kan tahu aku tidak pernah menolak pemberian.. hehehe”
“arrasoo.. lekas sembuh hyun ji !!”teriak nya hingga membuatku harus menjauhkan telpon.
“nee~~ bye min min jii~~” segera ku tutup telpon. Tepat saat dimana Min Ho kembali.
“dokternya akan segera kemari.” Ujarnya dingin sambil duduk kembali ke atas sofa.
“gomawo sudah datang, Min Ho-ssi..”kata ku akhirnya.
“emm.. “gumamnya sambil tak lepas membaca sebuah buku. Yang mungkin naskah drama baru nya.
Hanya itu. Ya hanya percakapan seperti itu. Aku memutuskan memejamkan mata. Kepala ku masih berdenyut, dan dada ku nyeri karena hal ini.
~~~
Dokter bilang ini hal biasa. Anemia. Semua calon ibu biasa mengalami nya. Dan kau tahu? Saat dokter mengatakan itu. Min Ho, yang di atas kertas adalah suami ku. Tidak mendampingiku. Bahkan sudah beranjak pergi entah kapan. Aku hanya menghela napas. Dan menghibur diri, dia terburu-buru tidak ingin membangunkanku. Aku hanya berpikir positif saat ini dan seterusnya. Aku tidak ingin bayi ini kenapa-kenapa. Aku ingin dia selamat. Ah, benar. Ayah biologis calon bayi ku ini bahkan tidak peduli. Dan dengan jahatnya berkata bahwa bayi ini tidak mungkin bayi nya. ini bayi orang lain. Kau tahu, aku benar-benar hancur saat mendengar itu. Ah, sudahlah. Ini bayi ku. Hanya bayi ku. Karena aku tahu suami dan ayah biologis nya sama tidak peduli nya pada kami berdua.
Siapa itu yang mengetuk pintu. Ku buka mata ku yang sedari tadi terpejam. Tapi tak bisa tidur, memikir banyak hal.
“kami pikir kau tidur hyun ji, makanya kami mengetuk pelan-pelan.”ini suara jiyong. Aku tersenyum sambil mempersilahkan mereka masuk.
“gwenchana?”tanya seungri khawatir. Kali ini aku hanya mengangguk. Seungri menghela napas.
“aku kaget mendengar kau pingsan di lift. Padahal sebelum nya kau terlihat baik-baik saja.”suara seungri melemah. Tanda bahwa ia benar-benar khawatir. Si panda semakin dewasa, tapi sisi perhatian nya tetap tidak berubah.
“sebenarnya kau sakit apa hyun ji?”tanya yongbae kemudian.
“nee,kau sakit apa hyun ji?”sahut daesung.
“gomawo sudah mau datang dan mengkhawatirkan ku.”kataku sambil tersenyum.
“aku hanya anemia. Besok juga sudah boleh pulang.”lanjutku lagi. Sambil berusahan menegakan diri untuk duduk. Jiyong membantuku duduk.
“kalian bisa menjaga rahasia? Aku letih menyimpannya sendiri.”tanya ku pada ke empat pria ini. Itu benar aku sangat letih. Aku sendirian. Aku sungguh letih. Aku perlu tempat berbagi. Mereka sudah seperti saudara untukku. Tidak ada salahnya memberitahukan kepada mereka tentang apa yang terjadi kan.
“marhae.. katakanlah. Kami bisa menjaga  rahasia. Kecuali seungri. Dia bermulut ember.”jawab jiyong sambil bercanda yang di sambut seungri dengan lemparan bantal sofa.
“itu tidak benar. Khusus untuk mu aku tidak akan menceritakannya. Aku berjanji hyun ji.”sergah seungri tidak terima. Aku hanya tertawa.
“ada apa? Katakan saja. Kami bisa menjaga rahasia. Kau tidak sendirian hyun ji. Kau tahu itu bukan?”ujar yongbae menyadarkan ku. Ku hela napas pelan dan ku tatap mereka satu persatu.
“baiklah. Berjanjilah tidak akan memberitahukan nya pada siapapun. Apapun yang terjadi.”
“kami berjanji, hyun ji. Kau membuat kami semakin penasaran. Hahaha”jawab daesung sambil tertawa kecil. Aku mencoba tersenyum. Itu sulit daripada yang ku bayangkan.
“aku sudah menikah. Dan kalian tahu, itu karena aku hamil.”terangku sambil menundukan kepala, mengigit bibir kuat.
“mwo ??”teriak seungri,yongbae,jiyong dan daesung bersamaan.
“kau menikah dengan pria itu??”tanya daesung heran.
“anniyo.”jawabku singkat.
“jadi kau menikah dengan siapa,hyun ji?”tanya yongbae heran.
“Lee Min Ho.”jawabku singkat dan pelan.
“MWO?? Gotjimal.. gotjimal hyun ji.. kau pasti bercanda.”sergah seungri tak percaya.
“aku tidak berbohong panda, aku serius.” Bantahku nyaris berteriak.
“tidak mungkin jika kau menikah dengan lee min ho yang actor itu, hun ji. Tidak mungkin. Kau tidak membaca berita atau menonton televisi.?”sergah seungri masih tidak percaya.
“yak maknae!”bentak jiyong.
“tidak bisakah kau diam dan hanya mendengarkan. Dan berhenti berteriak.”bentak jiyong lagi seungri tidak perlu disuruh langsung terdiam mendengar bentakan jiyong.
“geurre hyun ji. Aku masih tidak mengerti. Bisa lebih dijelaskan?”pinta jiyong sambil menatapku.
“kalian ingat scandalku kan? Itu benar. Foto. Video. Itu semua benar aku.”ku lirik wajah-wajah mereka. Wajah jiyong memasang ekspresi terkejut sama seperti yang lain.
“dan ini anak nya. anak pria itu.”lanjutku lagi.
“inilah alasan kenapa aku menikah, kalian pasti bertanya-tanya kenapa lee min ho?” seungri daesung mengangguk cepat. Yongbae dan jiyong menatap tajam.
“karena kami berteman sejak kecil. Tapi, di depan publik kami bersikap tidak tahu menahu dan tidak saling kenal. Itu kesepakatan orang tua kami. Orangtuaku sangat percaya padanya. Dengan adanya scandal itu, orangtuaku meminta nya untuk melindungi ku dan menjaga ku.” Dadaku mulai sesak. Sedih yang merayap.
“tapi bagaimana bisa? Aku tidak mengerti”potong seungri. Yang langsung dibekap mulutnya oleh yongbae yang memang berada disebelahnya.
Aku mengeleng. Dan mempererat genggaman pada selimutku. Membangun dan menguatkan diri untuk tidak menangis.
“aku pun tidak mengerti seungri-ya. Kalian semua tahu, saat itu aku depresi nyaris gila. Aku berdiri di altar juga seperti boneka dengan tatapan kosong. Aku tidak mengerti kenapa dia mengiyakan saat orangtuaku memintanya untuk menikahiku.”jelasku dengan suara bergetar.
“aku tidak tahu. Seungri..”serak suara ku membuat suasana lengang.
“geurre. Lantas dimana dia sekarang ?bukankah seharusnya dia berada disini menjagamu?”tanya yongbae cepat. Sambil mengambilkan airminum untukku.
“molla. Di berubah saat aku sembuh dari depresiku. Dia semakin dingin. Jarang pulang. Aku jarang bertemu dengan nya.”jelasku sambil mengigit bibir. Setetes airmata tumpah sudah.
“akkuu.. letih. Aku lelah..”isak ku sedetik kemudian.
“jika dia tak menerima kami, kenapa ia mau menikahi ku. Bukankah akan jadi lebih mudah jika dia menolak nya. “tangisku semakin menjadi ketika kalimat-kalimat itu terlontarkan.
“uljimaa.. uljimaa.. oo.. hyun ji jebal.. kau masih punya kami.. masih punya YG family.. kau tidak sendirian..”ujar jiyong menenangkanku sambil mengusap puncak kepalaku. Seungri mendekat memelukku.
“itu benar hyun ji. Kau masih punya kami. Bukan kah kita semua adalah keluarga. Tidak usah terlalu kau pikirkan.”suara yongbae terdengar amat menenangkan.
“untuk suami mu itu. Biar nanti ku bicarakan dengan appa. Appa sudah tahu tentang ini kan?”tanya yongbae kemudian. Aku mengangguk.
“biar nanti appa yang mengurusnya. Sebaiknya kau jangan nonton berita atau baca berita tentang suami mu itu ya. Aku tidak mau melihatmu seperti yang lalu. Itu menyedihkan.”ini suara daesung. Khas daesung. Selalu bisa membuatku tersenyum dengan kalimatnya.
“aku tidak tahu apa yang akan seunghyun lakukan jika mengetahui ini. Dia kan amat sangat peduli padamu.”jiyong dengan nada santai.
“nee.. aku lupa. Seunghyun akan kemari. Kalau shooting Cfnya berjalan lancar.”sergah seungri cepat.
“lebih baik dia tahu, jiyong-ssi. Biar dia tahu, aku tidak pantas untuknya.”jawabku pelan.
“sssstt... kau bicara apa hyun ji! Itu tidak benar. Kami semua sama pedulinya dengan mu. Tidak hanya seunghyun. Tapi kami semua akan seperti dia. Hanya saja cara kami berbeda-beda.”jelas yongbae padaku sambil berdiri disamping ranjangku. Mengusir paksa si maknae.
“dengar hyun ji. Sudah cukup kau bersedih, kau masih melanjutkan hidupmu. Aku bukan menyuruhmu menceraikan suami mu yang tidak berguna itu. Tapi, aku hanya tidak ingin kau menderita, kau menikah tapi kau seperti sendiri. Ya, mungkin jika hanya pacaran itu kan wajar. Ini kau dan dia sudah menikah. Dan terlebih kau mengandung. Dia itu pengecut.”jelas yongbae berapi-api karena emosi.
“yaakk hyung.. kau seperti berpengalaman saja. Kau bahkan belum pernah berpacaran.”ujar seungri dengan wajah yang serius. Tak ayal membuat jiyong dan daesung tertawa terbahak. Yongbae? Wajahnya merah seperti kepiting rebus. Jadilah si maknae di peteng oleh yongbae.
Aku ikut tertawa melihat yongbae dan seungri yang saling peteng. Menghapus sisa-sisa airmata. Setidaknya yongbae benar. Mereka semua benar. Aku masih bisa hidup. Aku masih punya mereka. Masih punya keluarga besar YG family. Lee min ho? Entahlah.
~~~
“jaga kesehatan mu nyonya. Bukan hanya kau yang akan merasakan sakit. Tapi, bayi mu juga. Dan ini vitamin mu sudah saya tambahkan, harap dipatuhi untuk meminumnya. Makan yang bergizi. Minum susu.”saran dokter Jung saat itu. Aku mengangguk mantap. Lantas tersenyum takjim.
“kau dengar itu hyun ji. Aku repot. Tidak usah kau tambah repot dengan sakit-sakitan.”ujar Min Ho tajam. Kentara sekali bahwa ia tidak suka mengurusku. Aku hanya menghela napas. Dan terus membesarkan hati.
“kenapa kau diam? Kau sudah menjadi bisu?”tanya Min Ho sedikit keras. Aku tersentak. Dan berhenti membereskan barang-barang ku.
“aku mendengarkanmu MinHo-ssi. Aku tidak berbicara karena tidak ada yang harus kukatakan bukan. Kau tidak usah risau. Aku akan menjaga diriku sendiri dan tidak akan merepotkan mu lagi. Aku juga tidak peduli dengan apa yang kau lakukan diluar sana. Aku sama tidak peduli nya dengan kau akan pulang kerumah atau tidak. Sudahlah MinHo-ssi aku tidak ingin bertengkar.”jawabku keras dan tenang. Menenangkan diri lebih tepatnya. Aku menatapnya tajam. Dia sama menatap ku jauh lebih tajam dan menusuk.
“baiklah. Aku tidak akan menentang apapun. Kau belum selesai? Kau mau pergi kapan. Aku masih ada pekerjaan.”jawab minho kemudian. Sengit.
“kalau kau mau pergi, pergi saja. Aku bisa pulang naik taksi. Bukan kah kau takut jika ketahuan paparazi.”balasku mengusir dan kembali memasukan pakaian ku yang tersisa.
“itu benar. aku pergi.”katanya tajam dan tidak peduli,dia benar-benar pergi meninggalkan ku. Sendiri. Perasaan ku ? perlu kalian tanya? Jelas saja sakit. Tapi, sudahlah. Aku juga tidak ingin pulang kerumah. Aku akan pulang kembali ke apartemen ku. Disana jauh lebih merasa nyaman dan jauh lebih tenang. Ku hela napas dan ku langkahkan kaki meninggalkan ruang kamar ku menuju lift.
-T B C -
sebenarnya ini males ngepost. tapi kadung udh selese di lepi jadi dari pada nganggur ya di post aja lah. 
jauh dari impian bagus. nama nya juga hayalan sebelum tidur, makanya tak berbentuk. ga jelas. tanpa alur.
but i still love it. bhahahaha 
lain waktu cerita ini bakal di edit. di bagusin lah. kkkkk
see you in next episode~~ :*

Minggu, 04 November 2012

[FanFiction] STILL ALIVE ! Part 1


Cast : - Lee Min Ho
-   Kim Hyun Joong
-   Choi Seung Hyun and BigBang other member
-   Song Hyun Ji
Genre : Romance
Rate : PG – 16
Warning : No Bashing !
Disclamair : ini murni hasil ngayal sebelum tidur. Khahahaha^^v jadi klo geje ato ga masuk akal. Maafin yak. Namanya juga hasil ngayal geje. :P menistakan suami sendiri itu menyenangkan.. *digigit LMH* >< tapi,dasar itu suami sok cool. Padahal dia seneng tuh jadi peran antagonis. Mau nya dia itu mah.. huh *merong* eh mian ngebacot ngaco.. *bowing 900* >/\< silahkan bacaaaa.. semoga tidak mengecawakan.. amiinn.. >/\< jangan lupa komen yaaa.. kritik saran yang banyaakkk.. *ngarep to the max*
***
Aku lelah. Tapi mata ku tak bisa terpejam. Bukan aku tak ingin. Tapi sepertinya mata ku punya cara sendiri untuk terlelap. Satu jam hanya duduk manis menatap langit. Berteman angin malam dan dengingan nyamuk yang berlalu lalang. Aku tak peduli. Sama tak perduli nya pada seseorang yang bahkan membuatku menunggu. Aku tahu dia tidak akan pulang. Tidak sampai aku meminta dia pulang. Biar saja. Aku lelah terus meminta nya. Jika ia kembali, itu karena kemauan nya. bukan karena bujukan ku. Aku lelah. Sangat lelah. Tidak kah dia pernah berpikir jika dia ada diposisi ku ? aku tahu, aku terlalu berharap banyak padanya. Terlalu bermimpi banyak hal bersamanya. Hingga aku melupakan siapa diriku untuk nya.
Sudah sekian kali aku melirik telpon ku, berharap ia mengirim pesan. Tapi tak ada. Satu huruf pun tidak. Aku tahu pernikahan ini bukan karena kemauan kami berdua. Ini terpaksa. Kesalahan yang kubuat, tapi dia yang harus menanggung nya. Aku tahu hingga hari ini dia tidak bisa menerima ku. Kalau di tanya kenapa dia bersedia menikahi ku. Itu hanya karena sebuah janji. Janji nya pada orangtua ku. Janji untuk menjaga ku dan melindungi ku.
Appa ku sudah melarangku untuk terus berpacaran dengan pria itu. Tapi, aku terlanjur lupa dan menjadi bodoh. Aku lupa bahwa pria itu anak dari pesaing bisnis appa ku. Aku terperangkap. Terjebak karena kebodohan ku. Aku yang baru meniti karir didunia entertaiment, harus terpuruk menerima kenyataan bahwa kekasih yang amat ku bela dan ku cintai. Hingga merelakan harta berharga ku direngut olehnya. Hal inilah yang menjadi pemicu segala nya. foto-foto dari paparazi bertebaran. Hingga video itu. Rekaman video saat kami melakukan nya. Appa marah besar. Begitu juga manajemen ku. Karir ku sebagai model hancur berantakan. Berkali-kali aku berpikir untuk lari saja dari semua kenyataan. Mulai lah kehidupan bodoh ku jalani. Minum-minum hingga mabuk. Merendam diri berjam-jam dalam bathtube. Tak sadarkan diri. Hingga aku membuka mata, yang kulihat pertama kali itu dia. Min Ho. Tanpa senyum. Dengan wajah datar. Dia berkata “kau nyaris membunuh janinmu”. Dialah yang pertama tahu bahwa aku mengandung. Yang aku sendiri baru tahu saat itu. Kau tahu. Aku semakin gila karena tahu hal itu. Orangtua ku melunak. Melihat ku seperti mayat hidup. Depresi berat. Tak perlu waktu lama bagi mereka untuk merangkai pernikahan itu. Berdiri di altar seperti boneka. Bisa kalian lihat foto pernikahan itu. Tak ada senyum tulus. Hanya ada senyum paksaan. Tak banyak undangan yang datang. Hanya keluarga. Perlu 1 bulan untuk aku sembuh dari depresi panjang. Awalnya Min Ho selalu care pada ku. Namun, ketika aku benar-benar sembuh, dia perlahan berubah. Mulai menjauh. Aku menyadari. Bahwa selama ini dia hanya menjalankan tugasnya menyembuhkan ku. Dia tidak benar-benar menerima ku. Dia bahkan jarang pulang. Seperti malam ini. Ini malam ke 4 dia tidak pulang. Aku selalu bertanya, kenapa dia tidak pulang. Dia hanya menjawab. Dia banyak kerjaan. Hanya itu. Aku memutuskan berhenti bertanya. Dan membiarkan nya.
Ini bulan ke 2 penikahan kami. Dan usia kandungan ku sudah 3 bulan. Kau menikah. Tapi kau selalu sendiri. Itu menyakitkan. Sudahlah. Aku lelah memikirkan banyak hal. Mari beranjak tidur. Bukan kah esok aku kembali bekerja.
~~
“annyeong~ hyun ji..!! aigoo.. lama sekali tidak melihatmu. “sapa gummy onnie.
“lebih baik sekarang ??”tanya nya lagi. Dan aku hanya menjawab dengan senyuman. Gummy onnie menepuk-nepuk pundak ku. Dan berbisik. “semangatlah. Kami merindukan mu.” Sambil berlalu pergi, menuju ruang latihan.
Di gedung ini. Berbulan lalu, YG appa memarahi ku. Dan disini pula Bom,Dara, Gummy onnie memelukku. Dan se7en oppa mengelus rambutku. Tahun yang berat untuk manajemen ini.
“haahh~~”hela ku saat lift terbuka.
“ohh~ Hyun ji~”sapa seungri sambil berlari.
“ohh.. annyeong pandaa~”sapaku ramah dan tersenyum.
“appa mood nya sedang bagus. Baik-baik yaa”teriaknya lantas buru-buru masuk lift.
BigBang comeback. Itu berita bagus. Membuat kasus scandal ku tertutupi dengan comeback mereka. Itu yang dijelaskan appa beberapa hari lalu. Nah, sampai. Ku hela napasku berkali-kali. Semoga si panda tidak membohongi ku.
“masuklah.” Terdengar suara appa dari dalam. Ku buka pintu perlahan. Terlihat appa sibuk dengan bertumpuk-tumpuk kertas.
“ohh~ song hyun ji. Mari kesini.” Appa lantas pindah ke sofa.
“menikah tidak bilang-bilang. Kau tahu, appa kecewa.”katanya singkat dan to the point.
Aku tersentak. Appa tahu? Oh tuhan.
“tapi, appa mengerti bahwa urusan ini harus dirahasiakan. Benar??”ujarnya kemudian sambil meletakan kertas yang dipegang nya sedari tadi di atas meja.
“nee appa.”jawab ku singkat. Sambil menundukan kepala.
“arraso.. appa tahu. Kau tahu, digedung ini, hanya appa yang tahu jika kau telah menikah dengan aktor itu. Dan tentang scandal itu. Sudahlah tidak usah kau pikirkan. Itu sudah selesai.” Kata appa santai dan tenang. Khas appa.
“nah ini kontrak iklan mu. Kau tahu, sulit sekali membuat perusahan ini percaya kau bisa jadi ambasodor mereka. Tapi, dengan kekuatan appa kalian ini. Semua yang tidak mungkin menjadi mungkin.”canda YG appa.
“kau tidak sendirian. Kau bersama Seung Hyun. Dipercaya menjadi model CF sekaligus ambasador untuk mereka selama 1tahun.”jelas appa dengan nada bicara yang amat sangat bersahabat.
“seunghyun yang mana appa? Little seunghyun atau big seunghyun ?”tanya ku cepat. Itu benar. Ada 2 seunghyun di gedung ini.
“Choi Seung hyun, Song hyun Ji.. tidakkah kau lihat nama nya terlihat di bawah nama mu disini...? “jawab appa sambil menunjuk-nunjuk kertas kontrak.
“aaahhh~~~ mianhae appa.. aku tidak membaca nya.”kataku cepat lantas dengan cepat membaca kontrak kerja.
“jadi aku shooting 2 hari lagi ? dimana appa ? disini tidak di jelaskan.” Tanya ku ketika selesai membaca.
“ne~ shooting memang 2 hari lagi. Dimana nya belum di putuskan. Nanti di kabari lagi kata nya. hwaiting hyun ji..! appa tahu kau bisa kembali secemerlang dahulu. Bahkan lebih cemerlang lagi. Kalau kata ji yong. You’re still ALIVE. Kekekekeek~” jelas appa sambil bercanda.
“appa bisa saja. Geurre.. hanya ini kan appa ?”kataku memastikan.
“emm.. hanya itu. Bersabarlah. Kesempatan pasti akan datang.”jawab appa sambil kembali ke meja nya.
“baiklah.. aku pergi dulu appaa.. gamsahamindaa~”kataku pamit. Dan seperti biasa appa hanya melambaikan tangan sekilas.
Kalian tahu. Di YGent ini hanya aku yang langsung di manajeri oleh appa. Yang lain sudah punya manajer pribadi. Hanya aku yang masih ditangani appa secara langsung.
Kerjaan baru. Ini mendebarkan. Seperti baru debut. Aku bersemangat. Sangat bersemangat. Tapi sepertinya hanya tubuhku yang berontak. Mendadak pusing. Cepat-cepat meraba dinding. Aigoo pusing. Ku gigit bibirku dan berusaha melangkah ke dalam lift. Aku bisa bertahan. Ini hanya sebentar. Semenjak hamil. Pusing sudah menjadi teman.
Ting~ lift berhenti satu lantai.
“ahh~~ hyun jii.. !!”teriak jiyong saat lift terbuka.
Aku hanya melambaikan tangan. Menyuruh mereka masuk. Kali ini aku bertemu jiyong, daesung dan yongbae. Wajah-wajah lelah mereka terlihat. Tangan ku semakin mencekram pegangan lift. Ku gigit bibirku. Daesung menyadari itu.
“gwenchana? Wajahmu terlihat pucat.”tanya daesung sambil memperhatikan wajahku. Di ikuti jiyong dan yongbae.
“hanya sedikit pusing. Gwenchana.”kataku jujur.
“sudah sarapan ?”ini suara jiyong yang bertanya.
“belum. Tidak sempat.”jawab ku singkat.
“kebetulan kami mau mencari makan. Kau ikut saja sekalian, bagaimana?” ajak yongbae yang d barengi dengan anggukan kompak daesung dan jiyong.
“gomawo. Tapi aku harus pulang. Aku ingin lekas istirahat.”jawabku sopan. Dan saat itu pandang ku mulai berputar pelan. Cepat-cepat kembali kepegang erat pegangan lift. Bebapa detik kemudian menjadi hitam. 
_T B C_

[FanFiction] Believe In Love

Genre : Romace
Rate : All Age's
Cast :

  • Jung Il Woo
  • Hong Se Ra
  • Lee Min Ho
note by  me : 
ini tulisan hasil kejar 1 jam. Hasilnya gaje nan galau. *habis patah hati /preet* ide cerita dari mana-mana ga jelas. ada ngutip dari drama, dari novel, dari kalimat-kalimat bijak dari beberapa teman yang baik hati. hehehe.. :P
ini bukan real. it's just for fun. hahaha bagi para pecinta dan pemuja si imut Jung Il Woo maafkan akuu~~ >___<v mian bikin karakter il woo yang muka polos jadi playboy cap gayung (?) 
nah bagi yang belum bisa move on, ayo sama-sama belajar berdamai^^ berdamai itu indah loohh.. ayo semangat !! (.____.)9


@@@@
Selamat datang november. Bulan paling ku suka dari seluruh bulan. Kenapa ? bulan ini adalah bulan kelahiran ku. Tapi, mungkin mulai tahun depan. Bulan ini akan menjadi bulan paling ku ingat sepanjang sejarah. Kenapa ? kok bisa ? nanti saja kuceritakan.

Ah ya, perkenalkan. Nama ku Hong Se Ra. Ah aku bukan artis. Aku hanya mahasiswi biasa. Aku kuliah di KyungHee university jurusan theater. Yang menjadi penting dari cerita ini adalah aku kekasih dari Jung Il Woo. Tidak percaya ? kalian harus percaya. Karena itu nyata. Tanyakan saja pada si Lee Min Ho itu. Dia pasti mengenalku. Mengenalku dengan baik.

Kami berpacaran dari tahun 2010. Putus nyambung beberapa kali. Selalu begitu. Dia tipikal pria yang menyenangkan. Selalu menyenangkan bersama nya. hahh.. mengapa baru sampai di sini semua kembali terasa menyesakkan?.

Hari ini aku duduk disini. Di temani semilir angin yang membuai anak rambut hitam ku yang tergerai. Mengijinkan mentari menyentuh lembut kulitku. Bulan ini penghujung musim gugur. Terasa lebih dingin sekarang. Dan suasana ini membantu banyak. Mengingat urusan ini saja aku sulit. Apa lagi ditambah suasana yang panas. Mungkin aku sudah meledak.
Hari ini berbeda. Hari ini istimewa. Aku menyebutnya hari untuk berdamai. Banyak sekali yang ku lewat kan selama beberapa tahun terakhir. Tanpa mau mendengarkan bisikan angin. Tanpa mau melihat cahaya mentari yang menyilaukan. Dan semua tertutup dengan sempurna oleh seseorang. Seseorang yang bahkan membuatku amat bersedih 2 hari lalu.
Ku mainkan gantungan boneka di HP ku yang berbentuk tanzmania. Nah, ini adalah pemberian dari nya. Sepasang. Kemarin aku bahkan membuang nya. Semua yang selama ini ku anggap baik-baik saja dan tidak ada apa-apa. Ternyata semua nya dusta. Semua itu kebohongan. Kebohongan yang amat tertutup rapi.

***
“emm oppaa wae ?” tanya ku setengah tak sabar. Aku sedang menyelesaikan hapalan skrip drama.

“cepat kemari. Kau harus melihat ini. segera!!” teriak nya dari seberang sana.

“ada apa? Tidak bisakah oppa saja yang kemari. Aku sibuk.”jawabku asal. Aku memang sibuk kan? Sibuk menghapal.

“yak!! Hong Se Ra !! kau harus melihat ini. !! dengan kedua mata mu sendiri !! bukan dengan kedua mataku saja !!” okay, oppa satu ini sedang berlebihan. Apapula maksudnya. 
Tidak bisakah dia untuk tidak berteriak dan membentak ku?.

“arraaa!! Oppa dimana ??” aku mengalah. Malas mendengar kalimat-kalimat bentakan yang mungkin saja akan keluar seperti rentetan peluru nanti.

Dia menyebutkan tempat disana. Dan tentu saja di akhiri dengan teriakan perintah. Menyebalkan.

Ketika kau tiba disana. Bisakah kalian tebak apa yang kulihat dan apa yang ku dengar?. Ya, aku melihat sesosok yang amat sangat ku kenali. Bagaimana tidak. jaket serta syal itu aku yang membelikannya. Ya dia kekasih ku. kekasih yang amat ku puja sekian tahun tanpa henti. Meski aku terus tersakiti karena nya.

“oppaa.. mereka sedang apaa ??”tanyaku pada Min Ho oppa yang bersembunyi di balik sebatang pohon.

“mereka sedang bermesraan Se Ra ! kau buta?”bentak MinHo kesal.

“oppa.. katakan padaku. Ini semua sandiwara kalian saja kan?”kataku lagi. Dengan suara yang semakin bergetar. Mata berkaca-kaca.

“yakk babbo yaak.. tidak mungkin ada yang gila membuat drama serendah ini. sebodoh ini.” bantah nya cepat dengan wajah kesal. Entah dia marah padaku atau pada sahabatnya.

Dan sungguh. Angin jahat sekali, sungguh jahat kepadaku. Anginlah yang menjawab pertanyaanku itu.

oppa.. aku mencintai mu. Sungguh..” ujar wanita itu.
emm oppa doo..” jawab “kekasihku” itu dengan lembut. Sambil merebahkan kepala gadis itu dipundaknya. Mengelus rambut nya mesra.

Cukup. Cukup. Aku bahkan tidak perlu alasan dan penjelasan apapun sekarang. Ini semua menjelaskan banyak hal. Ku gigit bibirku. Menahan deru suara tangisku. Menahan ribuan sesak didalam dadaku. Ku langkahkan kaki ku kaku menuju mereka.

MinHo oppa rusuh menahanku. Sibuk berteriak tertahan.

“mitchosso ??!! yak Hong Se Ra !!” aku hanya menatap nya lekat dengan kedua mata ku yang penuh airmata. Pelan melepas cengkraman tangan nya.

“aku harus menyelesaikan ini semua hari ini oppa. Hari ini. tidak boleh besok. Harus hari ini. jebal. Lepas kan aku.” pintaku dengan kaki gemetar. Suara bergetar. Tangan gemetar. 

Tubuh ku sepenuhnya bergetar. Bergetar karena amarah. Kepedihan. Dan ketakutan.
Pelan sekali aku melangkah ke arah mereka. Dari tempatku tadi, normalnya jika aku berjalan hanya 10 langkah saja sudah sampai. Tapi, dengan semua peperangan yang ada di hati dan otak ku. belum lagi beban yang bergelantungan di hati ku membuat langkah kaki terasa jauh lebih berat.

Ku kepalkan tanganku. Ku gigit bibirku. Ku usap airmataku. Berusaha mencari kekuatan. Tuhan.. tubuh yang selama ini selalu kupeluk dan ku rindukan. Sempurna direngkuh gadis itu.

Tuhaan.. lihat tangan itulah yang selalu mengelus rambutku dan mencengkaram jemariku. Jemari yang selalu memenangkan ku. sempurna merengkuh pundak dan mengelus rambut gadis itu.

Tuhan... lihatlah.. mereka mesra sekali. Tak mendengar langkah kaki ku yang menyentuh dedaunan kering. Mereka tak terusik sama sekali. Kembali ku kepalkan tanganku. Mencari kekuatan.

Kulangkahkan kaki memutari kursi taman itu. bermaksud muncul dihadapan kedua nya. tentu,tentu ia akan amat terkejut. Amat tidak menyangka. Tentu saja.

“Se Ra-yaa.. “seru nya pelan. Rusuh melepas rengkuhan. Rusuh menjauhkan tubuh. Babbo.

“kemanhae oppa. Aku tahu semua nya.” desisku pelan. Menatap nya dengan tatapan penuh luka berdarah. Gadis itu? aku bahkan tak melihatnya ada sekarang.

“yak,,  Se Ra.. jebal. Dengarkan aku dulu.. “mohon nya padaku. Sambil meraih tanganku. Aku buru-buru melepasnya. Mengangkat kedua tangan.

“anni oppa.. oppa yang harus mendengarkan aku.” kataku setengah berteriak. dia patuh diam mendengarkan. Gadis itu? dia sudah pergi barusan. Takut barangkali.

“oppa.. setahun lalu oppa berjanji tidak akan menyakitiku. Aku memaafkannya. 3 bulan lalu oppa mengatakan hal yang sama. Aku masih memaafkan. Sekarang? Tidak oppa. Aku tidak bisa lagi memaafkan oppa. Semua terlampau jelas. Terlampau menyakitkan. Terlampau menyedihkan.” Stop sampai disini dia muluai tertunduk. Aku ? mengatur napas dan segukan.

“oppa tega sekali. Berselingkuh di depan mataku. Mengenanakan apa yang pernah ku berikan pada oppa. Mengunakan tangan dan tubuh yang selama ini ku anggap milik ku.” aku menangis lagi. Sesak membuncah terlalu.

“mianhae Se Ra yaa..” desis nya pelan tanpa menaikan kepalanya yang tertunduk.

“shiroo oppa! Aku muak. Aku lelah. aku bosan !” bantahku cepat. Campuran antara kesal. Benci. Sebal. Sakit membuatku kembali menangis.

“pernahkah oppa mengerti apa yang kurasakan? Pernah kah oppa sekali saja memahami perasaan ku?” aku menatapnya lekat. Membiarkan airmata yang jatuh satu persatu.

“tidak pernah. Oppa sama sekali tidak pernah mau mengerti dan memahami ku.” suaraku semakin bergetar dan serak. Dia ? terdiam tanpa bisa menjawab.

“oppa.. katakan padaku. Pernahkan oppa mencintaiku seperti aku mencintai oppa? Jawab oppa!!” tuhan.. dia tetap diam. 2 tahun bersama nya aku sungguh tahu maksud dan arti makna diam nya itu.

“tidak kan?” Dia pelan menatapaku. Tetap diam. Diam nya adalah YA. Bodoh sekali selama ini aku mengabaikan akal sehatku.

“aku mengerti oppa. Arraaa..” aku mengatakan kalimat ini dengan berurai airmata. Melepas gantungan boneka tanzmania yang selama ini selalu tergantung disana.

“oppa ingat ini?” kataku sambil mengantungkan boneka itu di depan wajahnya.

“ya.. jebal Se Ra yaa.. aku menyayangimu..”mohon nya. Demi mendengar kalimat itu. Boneka malang itu dengan sekuat tenaga ku buang jauh-jauh.

“YAAK HONG SE RA !! APA YANG KAU LAKUKAN !! itu benda yang kau sayangi kan?!!” teriaknya tidak mengerti.

“anni oppaa.. sekarang tidak lagi. Aku benci pada nya!”teriakku parau.  Dia ? hanya menatapku tak berkedip. Takjub mungkin. Tidak percaya dengan tindakanku.

“semua sudah selesai oppa. Terimakasih untul 2tahun yang mengharu biru. Terimakasih sudah memberiku kebahagian dari sekian luka yang oppa torehkan. Terimakasih atas semua nya. Dan juga Selamat atas hubungan mu dan dia. Semoga kalian bahagia.” Aku tanpa merasa perlu melihat ekspresi nya apa lagi merasa perlu mendengar teriakan dan panggilan nya. Terus berlari menuju tempat ku tadi berlindung. Menarik seseorang yang dari tadi bersembunyi di balik pohon dan juga yang dari tadi menjadi saksi mata atas segala nya.

***
“gwenchana ??”tanya nya khawatir. Hanya kata itu yang di ulang-ulangnya seperti kaset rusak dari 15menit lalu. Rusuh menenangkanku yang masih menangis tersedu. Meluapkan semua rasa sakit yang sedari tadi ku tahan setengah mati.

“Yak.. Hong Se Ra., tangis mu membuat lebah pun enggan hinggap di bunga ini.. lihatt,,, berisik sekali..”canda nya pada ku. aku yang masih segukan. Tertawa kecil.

“ijinkan aku menangis hari ini oppa. Sungguh. Aku tidak bisa. Tidak bisa menahan nya lagi, terlalu sakit. terlalu pedih, terlalu sedih.” Pinta ku dengan suara sengau yang amat jauh dari kata merdu.

“kau jelek saat menangis Se Ra yaa..” canda nya lagi..

“oppaaaa,,,”rengek ku. kesal.

“arraaa... menangislaahh.. menangislah sepuasmu.. menangis itu hak mu. Keluarkan semua rasa kesal, benci, bahkan marahmu. Lampiaskan. Aku tidak peduli orang akan melihatmu seperti orang gila. Aku akan menemani mu disini. Aku takut kau di tangkap petugas rumah sakit jiwa nanti.”

Aku menatapnya sadis. Orang ini, tidak tahu situasi dan kondisi saat bercanda. 
Menyebalkan. Ku tinggalkan saja dia. Berjalan cepat. Dengan sisa-sia airmata.

Tiba-tiba tangan itu menarik ku cepat. Bukan menariknya saja. Tapi meraihnya dan merengkuh ku kedalam perlukan nya. Dan entah karena apa. Tiba-tiba saja rasa sesak itu kembali menghimpitku. Membuat airmata ku semakin banyak keluar. Aku bahkan menangis menjerit. Pedih sekali hati ku. kehangatan ini. seperti kehangatan yang dia berikan.

“menangislah. Jika itu bisa mengembalikan senyum ceria mu. Menangislah. Jika itu bisa membuat Se Ra kami kembali tertawa. Menangislah jika itu bisa menghapus seluruh ceritamu. Menangislah sepuas mu Se Ra nya. Tapi, esok kau harus membayar seluruh airmata yang jatuh hari ini. arraa ?” aku mengangguk. Tanda setuju dan mengerti. Kalimat itu sungguh sederhana. Tapi entah mengapa malah semakin menusuk ku. membuat tangisku pecah semakin nyaring. Bahkan sekarang aku memukul-mukul nya. melampiaskan rasa kesal dan marah ku yang tertahan.

Dia? Hanya mendekap ku semakin dalam. Membiarkan tubuhnya menjadi samsak ku. membiarkan kemeja biru nya basah oleh airmataku. Dia sungguh membiarkan ku menangis. Berteriak. memukul. Bahkan mencaci nya. Baik sekali dia sekarang. Orang yang selama ini selalu ku cueki. Yang selalu bercanda keterlaluan dengan ku. Orang yang selalu jadi tempat ku mengadukan kelakuan Il Woo sahabatnya. Tempat ku bertukar Ide. Ya aku dan dia satu jurusan beda angkatan dan semester. Sama-sama aktif di theater kampus. Hari ini dia teramat baik padaku. Teramat baik.

“Se Ra ya.. esok lusa. Jika kau jatuh cinta lagi. Jangan kau butakan matamu. Jangan kau tulikan telinga mu. Jangan kau dustakan hati dan prasangka mu. Karena dari sanalah cinta yang tulus darimu bisa tersampaikan. Kau juga tidak boleh terlalu percaya. Karena itu suatu saat mungkin saja akan membuatmu terjatuh dan terluka lagi.” Akhirnya dia berkata lagi. Setelah dia hanya diam memelukku dan mengelus punggungku.

Aku sekali lagi hanya menjawabnya dengan anggukan pelan. Di iringi dengan sedu sedan pelan. Tangis ku sudah mereda banyak. Tak ada raungan. Tak ada jeritan. Tak ada pukulan.

“Se Ra ya.. aku sebenarnya sudah tahu sejak lama. tapi, aku tidak pernah tega memberitahu mu. Karena aku tidak suka melihat mu menangis karena dia berkali-kali. Seharusnya duluu sekali. Kau tidak boleh memaafkan dia. Tapi, sungguh aku tidak berhak melarangmu.”

Apa ? dia tahu. Demi mendengar ini. ku lepas pelukannya. Ku tatap wajahnya. Mencari penjelasan. Aku amat mengerti makna tatapan itu. Sebuah tatapan pembenaran. Tak ada dusta disana. Mata itu tegas. Setegas kalimat berikutnya.

“aku tahu aku tak pernah berhak memberitahu mu. Tapi ijinkan aku memberitahumu semua nya sekarang. Dengarkan aku baik-baik. Meski aku bersahabat dengan nya. Aku membenci sifat nya yang satu itu. Aku benci dia terus bermain-main dengan mu. Tapi, aku punya hak apa untuk melarangmu. Kau hanya adik kelas ku. dongsaeng ku di teater. Dan juga kekasih sahabatku. Tapi hari ini, aku sungguh tidak bisa menahan nya. Aku benci terus-terus melihat dia mengandeng dan bermesraan dengan gadis yang bukan kau. Aku benci sifat playboy nya itu.” dia berhenti disini. Terdiam. Entah lah mungkin sedang menyusun kalimat-kalimat penjelasan. Dia pelan memakai sweeter putih kesayangan nya. yang sedari tadi hanya terikat di lehernya.

“gadis tadi. Tidak hanya dia. Masih ada 2 gadis lain yang sedang iya pacari.”

“MWO ?!!” aku terperanjat. Apa katanya ? tidak hanya gadis itu ? MWO ?!! aku sungguh tertipu mentah-mentah sekarang.

“eemm.. itu benar. Aku melihat semua nya sendiri. Aku tidak tahan. Makanya hari ini aku memperlihatkan salah satu nya padamu. Aku tidak mau dia menyakitimu lebih lama. itu semua lebih dari cukup untuk membenci nya bukan.”

Aku menatapnya takjub. Dia memikirkanku? Sedemikian baiknya. Ah benar. selama ini dia yang selalu jahil mengatakan “bagaimana jika il woo sekarang sedang selingkuh dengan seorang gadis seksi” dulu aku hanya memukulnya dengan tasku. Sempurna mempercayai il woo. Tak pernah membiarkan akal sehat ku menyadarkan. Tak pernah mendengarkan kalimat-kalimat penyindirian dari nya.

Duhai airmata kenapa tidak mau berhenti. Bukan kah semua sudah terlampau jelas sekarang. Dia berselingkuh. Itu belum cukup kah? Dia juga tidak pernah mencintaiku. Itu juga belum cukup ? aku bodoh jika terus menangis karena nya. semua yang kulakukan selama ini sia-sia.

“kajjaa.. kau bukan kah harus menghapal script bagian mu ? pementasan hanya 3 minggu lagi. Dan kau masih banyak belum hapalnya daripada hapalnya.” Ajaknya kemudian. Tanpa merasa perlu mendapat jawaban dari ku. Dia terus menarikku menjauh dari taman itu. menjauhi kenangan itu.

Dia membuatku sibuk di sepanjang sore hari itu. menyuruhku mengulang-ngulang hapalan naskah dan juga berlatih ekspresi dan intonasi. Ah aku lupa, di pementasan ini dia bertindak sebagai sutradara. Memegang hak penuh atas pementasan ini. dan kabar baik nya hari itu, malam itu juga. Kesibukan itu mengalihkan perhatian atas perasaan sedih yang menggunung itu.

Membuatku sempurna melepaskan perasaan yang selama ini mengukungku. Membuat gelap mata ku. menulikan telingaku.

***
Yaa.. kemarin hari yang berat. Tapi aku belajar banyak hal. Ternyata berdamai itu jauh lebih mudah daripada melupakan seseorang yang pernah mengisi hari-hari mu.

Hari ini aku duduk di kursi yang sama dengan yang dia duduki kemarin. Aku menemukan boneka tanzmania malang itu. setelah rusuh mencari nya kesana kemari tentu nya. Hari ini tidak ada si baik hati. Tidak ada dia juga,si pemain hati. Aku hanya sendiri. Mengenang semua nya. Tetapi percaya atau tidak. Aku tidak merasa sedih. Sedih dan pedih ku sudah ku habiskan kemarin.

Semua kesibukan yang dia ciptakan ternyata amat bermanfaat. Ah tentu saja, si baik hati dan si pemain hati tetap bersahabat. Sahabat yang bertolak belakang. Secara sifat tentu nya. Karena si pemain hati tak pernah tahu bahwa sahabatnya si baik hati lah yang memberitahuku semua nya.

Ah aku belum pernah bertemu dengan dia hari ini. Bukan, bukan aku yang menghindarinya. Tapi dia lah yang sebenarnya menghindari ku. Berlari pergi saat berpapasan dengan ku. Menghindar saat melihatku keluar dari ruang latihan. Padahal dia pasti sedang menunggu Min Ho oppa.

Aku akan menegur dan menyapa nya esok lusa. Tidak hari ini. seperti nya dia lah yang takut padaku. Dia lah yang harus belajar menerima ku sekarang.

Merima sebuah rasa sakit itu memang menyesakan. Tapi sesungguhnya itulah sebuah proses dari berdamai dengan sebuah kisah masa lalu yang menyakitkan. Mengubah rasa sakit itu menjadi rasa percaya diri dan kekuatan untuk berjalan melaju ke masa depan.

Nanti, ketika merasa perlu menegok kebelakang. aku tidak lagi merasa sedih dan sakit. Tapi, aku akan melihatnya dengan sebuah senyuman. Ini semua pembelajaran, jangan pernah mengulangi hal yang sama seperti masa lalu itu.

Karena sesungguhnya di balik semua rasa sakit itu ada sebuah kebahagiaan. Jadi lihatlah kebahagian itu. untuk menapaki jalan masa depan. Bukan kah hidup akan terus berlanjut ? meski itu dengan bentuk dan rupa nya masing-masing.

_ E N D _

Senin, 29 Oktober 2012

[FanFiction] A peace for me and you

cast :

  • Kwon Ji Yong
  • Han Hye In
Genre : Romance
Rating : All Age's


***
Aku mungkin bukan siapa-siapa bagi nya. Aku hanya seseorang yang begitu memperhatikan nya. tertawa jika ia tertawa. Menangis ketika ia bersedih. Menyemangatinya jika ia terjatuh. Aku hanya bayangan untuknya. Sepasang sayap untuknya terbang. Aku mencintai nya. Sangat mencintainya. Meski aku tahu dengan sangat,bahwa itu tidak akan pernah menjadi nyata. Itu hanya sebuah angan dan mimpi ku.

Bukankah itu sebuah kesetiaan? Meskipun aku bermimpi menginginkan dirimu untuk ada disini menemani ku. tapi itu gila. Ya itu gila. Kau tak pernah mengenalku. Hanya aku yang mengenalmu dengan sangat baik.

Seperti hari ini. aku masih setia memperhatikan gerak gerik mu dari sudut ruangan yang tertutupi rak buku. Perpustakaan. Tempat favoritmu untuk menyendiri. Dan yang akhirnya menjadi tempat favorit ku sekarang. Kau tak pernah menyadari keadaanku. Meskipun aku duduk di depan mu. Kau begitu asyik membaca, seakan kau masuk kedalam tulisan yang kau baca. Menyenangkan sekali melihatnya. Benar-benar 2 sisi yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Kau, Kwon Ji Yong. Jika tidak diluar ruangan ini terlihat amat menyebalkan. Jahil. Berandalan. Nakal. Itulah sisi yang kau tunjukan diluar sana. Tapi disini, diruangan sumpek. Penuh buku dan juga debu. Kau tunjukan sisi manis mu. Hanya diam,kadang terseyum kadang malah wajah serius mu yang kau tunjukan. Benar-benar berbeda. Seakan-akan ini ruangan sakral untuk mu. Dan hanya disini kau bisa menjadi dirimu sendiri. Rileks dan menyenangkan.

Apa ku bilang. Kau tertawa kecil. Lucu sekali melihatnya. Tawa tulus bukan seperti tawa yang selama ini kau tunjukan. dan tanpa sadar aku sudah tertawa kecil. Dan luput menahan tumpukan buku yang sedari tadi ku pegang. Dan dengan segera, buku-buku tebal itu jatuh mendentum keras di lantai. Menimbulkan suara yang bisa dibilang cukup nyaring ditambah lagi ini perpustakaan yang jelas saja selalu hening dan tenang.

“omoo!?”seruku pelan nan panik lantas mulai memungut buku-buku yang jatuhkan. Sialnya buku-buku itu terlalu banyak dan berat!
“gwenchana?”sebuah suara mengangetkanku. Dan tangan-tangan itu mulai terulur membantu ku.
omo !! ini bukan mimpi ?tolong sadarkan aku jika ini hanya mimpi.!
“gwenchana?”ulangnya pelan. Lantas menumpuk buku-buku berat itu ditangan nya.
“ne. Gwenchana ji yong-ssi.”cicitku seperti tikus yang terjepit.
“khahaha...”dia tertawa kecil dan geli.
“yaakk.. aku bukan hantu. Tidak perlu takut seperti itu.”lanjutnya kemudian sembari membantuku membawa buku-buku itu ke meja terdekat.
“hehehee...”
sial! kenapa malah tertawa seperti orang bodoh!

Dia hanya menahan tawa nya. dan menyilahkan ku duduk. Dan demi itu semua. Aku seperti boneka yang patuh disuruh ini itu. terpaku menatapnya yang kembali serius dengan buku nya.
“yakk.. sampai kapan kau akan menatapku,hmm?”tegurnya pelan tanpa melepas matanya sedetikpun  dari bukunya.
“eh??”sentakku kaget. Dia menyadarinya? Sejak kapan? Omoo! Gawat. Cepat-cepat ku tundukan kepalaku. Pura-pura membuka buku.
“kau dari jurusan mana?”tanya nya lagi. Mengagetkan ku.
“filsafat.”jawabku pendek. Salah tingkah. Sebentar-sebentar membetulkan poni. Baju atau apalah.
“aahh.. nah, kau tahu aku kan?”tanya nya lagi. Lantas meletakan buku yang dibacanya dan mulai menatapku. Langsung kemanik mata ku. deg deg deg.
Patah-patah ku anggukkan kepalaku. Dia hanya tersenyum. Entah apa arti senyum itu. aku sungguh tidak mengerti.
“kau angkatan berapa?”tanya nya lagi lantas menyilangkan kedua tangan nya di dada. Ini sama saja mengintrogasiku, aisshhh
Dengan ragu-ragu kujawab juga. “eemm.. 24.. emm wae ?”. dia tersenyum lagi dan mengeleng pelan. “pantas saja kau memanggilku begitu. Kita seangkatan. Hanya beda jurusan saja. Benar?” ku anggukan kepalaku cepat. Bodoh!
“sepertinya belakangan ini aku sering melihatmu. Entah itu disini atau dimana. Ada yang ingin kau tanyakan?”DOR! langsung tembak! Matilaahh.. ottokee ?? kumainkan ujung rambutku yang memang sengaja kugeraikan.
“tanyakan saja. Kau sepertinya sudah mengenalku begitu baik. Dan aku sungguh tahu arti tatapanmu itu.” glek! Dia tahu?
“emm.. ituu.. kenapa jika disini kau terlihat tenang. sedangkan diluar sana terlihat.. emmm.. berbeda?”tanyaku takut-takut. Kwon Ji Yong itu juga unpredictable man. Makanya takut. Huhu
“aahhhhh.. ituuu.. sudah ku dugaa.. sebentar.. apa bisa kau mengira-ngira apa alasan nya? aku tahu kau jauh lebih pintar dariku.”jawabnya santai. Dan kembali meraih buku yang tadi dibiarkan nya. dibuka-buka nya pelan. Tunggu ! dia tersenyum!! MWO?? Apa artinya ini?
“apa kau perlu jawaban sekarang?”tanya nya pelan. Masih dengan sebuah senyuman misterius di bibirnya.
“eh?”delik ku salah tingkah. Apa katanya barusan?
“babbo.. hahaha”jawabnya pelan sambil tersenyum. Dia mengatakan itu tanpa melihatku. Dan itu menyebalkan. =_=
“hehehe..”yakk! kenapa malah ikut tertawa. Bodoh~
“kau lucu sekali.. haahaha”katanya sambil tertawa kecil. Diletakan nya kembali buku yang sedari tadi dibacanya.
“boleh aku tahu siapa nama mu?”tanyanya pelan dan berirama seakan-akan ini menyenangkan untuknya. Susah payah kuteguk liurku. Ku benarkan poniku yang jatuh menutupi mata. Mencoba menutupi kegugupanku.
“Han Hye In imnida..”desisku pelan. Berbisik seperti tikus yang terjepit.
“yakk,, aku tidak akan mengigitmu. Jadi berhenti bersikap seakan-akan aku akan menghisap darahmu. Dan satu lagi. Jika kau berbicara padaku. Tolong lihat mataku. Aku benci orang yang berbicara kepadaku tapi tidak menatapku.” Ujarnya mantap. Setengah memerintah setengah menakuti setengah berusaha menyakinkan. Semua serba setengah.

Oh tuhan. Menatapnya langsung? Tidak tidak bisa. Aku malu.

Setelah rusuh dengan perasaan sendiri. Setelah lenggang kembali menyusup diantara kami. Akhirnya patah-patah ku angkat wajahku yang sedari awal hanya tertunduk menatap buku. Camkan! Hanya menatap. Tidak selera untuk membaca. Meskipun ku baca. Aku bersumpah tak ada satu katapun yang nyangkut dikepalaku sekarang. Dan terlebih lagi soal aku ketahuan memperhatikannya.

nah begini lebih baik. 
Demikian maksud wajahnya kala melihatku menatapnya. Dia manggut-manggut dan menyilangkan tangannya di dada, merapat ke sisi meja. Menaruh tangannya di atas meja. Menatap lurus kearahku.
“karena kau sudah tanya, maka aku akan kujawab.” Katanya santai tetap lurus memandangku. Tak berkedip.
“jawabannya sederhana. Kau juga membutuhkan ketenangan ketika sedang membaca bukan?” aku mengangguk cepat. Dia tersenyum sekilas. Menatapku lagi.
“diluar berbeda? Sesungguhnya tidak. sama. Hanya diluar sana aku tidak perlu ketenangan. Semua sama menyenangkan nya ketika aku hanya berbual bersama buku-buku tua nan berdebu seperti ini.” di mainkannya buku tebal berbahasa inggris itu.
Kutautkan alisku. Hah? Aku tidak mengerti maksudnya.
“kau tidak mengerti?”tanyanya seakan-akan bisa membaca gurat diwajahku.
“mudahnya begini. Diluar aku perlu teman untuk bersenang-senang. Seperti mereka.” dia menunjuk keluar. Aku seperti orang bodoh mengikuti arah telunjuknya yang jelas-jelas menunjuk ke arah luar jendela. Menatapnya bingung.
“tapi, ketika aku ingin sendiri. Mereka lah teman-temanku yang setia. Berbicara dengan bahasa mereka sendiri.” Di rentangkannya tangannya dengan bangga. Dan terlihat jelas gurat wajahnya berubah seratus kali lebih menyenangkan dari sebelumnya.
“itu sama menyenangkan nya bagiku. Entah bagi orang lain. Dan aku sama sekali tidak merasa berbeda seperti yang tuduhkan padaku.” Lanjutnya kemudian sembali mengulung lengan kemeja hitamnya. Menarik kembali buku yang dibacanya.
“kau mengerti maksudku kan?”tanya memastikan.
“kupikir kau terlalu banyak membaca buku. Bahasamu sudah seperti para filsafat. Jadi,sebenarnya disini siapa yang mahasiswa filsafat? Aku atau kau ?”jawabku berusaha mencairkan suasana. Mencoba ber”akrab” ria dengannya.
“terserahmu lah. Ku anggap kau sudah mengerti.”jawabnya dari balik buku tebalnya. Kembali ke aktivitas sebelumnya. Berbicara dengan “teman”nya.

***
Sebenarnya apa yang sedang kukerjakan sekarang ini?. Tidak juga membaca, meski sebuah buku sudah kubolak balik halamannya dari tadi. Tapi mataku entah menatap kemana. Dan otakku kemana. Bengong?. Mungkin benar.

Dan tiba-tiba saja otakku sudah merangkai ingatan kejadian tadi siang. Mengelitik pikiranku yang entah terbang kemana-mana. Merangsang hati untuk meluapkan rasa senang. Kututup buku malang yang hanya ku sentuh dengan cinta. Ini teman Kwon Ji Yong. Harus ku berlakukan spesial. Begitu benak ku berkata pelan. Mendayu merayu.

Kwon Ji Yong. Satu orang tapi memiliki dua sisi yang amat bertolak belakang. Badly in the outside. But softly in the inside. Menarik. Kembali benakku bermain. Menarawang kemana-mana. Hati menebar bunga cinta semakin semerbak harumnya. Otak semakin jahil menghadirkan kenangan akan senyum nya. senyum yang tak akan kulihat jika bertemu diluar perpustakaan. Kali ini semua nya bersekongkol. Kompak. Membuatku lupa jika besok harus ada tugas yang harus kukumpulkan. Sebagai syarat untuk mengambil mata kuliah lanjutan.

“Hye in-a. Sudah tidur?”suara oemma ku terdengar dari balik pintu. Dan hal itupula yang menyentakkan ku kembali ke dunia nyata.
“belum oemma. Wae?”tanyaku bingung sambil membukakan pintu untuk oemma-ku.
“bisa tolong oemma beli obat rematik untuk appamu?”tanya oemmaku pelan. Menatapku menanti jawaban.
“rematik appa kambuh lagi?”tanya ku prihatin. Oemma mengangguk pelan. Terlihat gurat letih diwajahnya.
“nee.. tapi ini sudah larut oemma. Apotik yang ada di depan pasti sudah tutup.”jawabku cepat sambil melirik jam dinding berbentuk kepik merahku.
“nee~hye in pakai mobil appa saja. Ini kuncinya. Dan ini uangnya. Lekas Hye In-a jangan keluyuran.” Tanpa menunggu disuruh dua kali pun aku sudah beranjak mengambil kunci mobil dan juga uang yang diberikan oemma. Bergegas pergi.

***
“gomabseumnida seonsaengnim..”kataku sopan sembari membungkuk hormat. Lantas keluar apotik 24jam tersebut. Perlu setengah jam berkendara dari rumah,hingga akhirnya menemukan apotik ini. Dengan hati riang. Melangkah menuju mobil yang terparkir lumayan jauh dari apotek tadi . Hingga tiba suara seseorang menghentikan langkahku.

“hey nona manis. Kau sepertinya anak orang kaya. Pasti banyak uang.” Ku teguk liurku. Tenggorokanku tercekat. Mundur selangkah demi selangkah. Merapatkan pakaianku. Rasa takut merasuk kemana-mana.
“aku tidak punya uang.”kataku akhirnya. Pelan. Takut.
“gotjimal. Kau pasti punya uang.” Ujar pria yang hanya selangkah jaraknya dariku. Bau khas alkohol tercium jelas. Aku benci bau ini.
“berikan uang mu!”bentak pria yang satunya. Yang sekarang sudah menangkap lenganku. Berusaha memeriksa tas kecil yang  kubawa.
“jangaaan !!! aku sungguh tidak punya uang!!”teriakku kencang. Sembari mencoba mempertahankan tasku. Saat aku benar-benar terjepit itulah,entah darimana datangnya. Tiba-tiba saja sebuah pukulan telak mendarat di punggung pria yang memengang lenganku.
“aaaarrgghhhh!!” aku hanya bisa berteriak seketika. Kaget. Shock. Bingung. Dan dalam hitungan detik. Kembali suara pukulan. Makian berterbangan dilangit. Aku hanya bisa menutup mata dan merengkuh kaki. Takut luar biasa.

“aaaaarggghhhhhh”teriakku kencang ketika sebuah tangan menyentuh bahuku. Aku sontak jatuh terduduk. Berusaha menendang kesana kemari. Mengapai kesana kemari.
“yaakk!!! Tenanglah.. !!!”bentaknya. kedua tangannya berhasil menangkap tanganku. Aku yang sudah letih dan lemas karena takut. Menyerah pada kekuatannya.
“gwenchana ??”tanya nya khawatir. Kuberanikan menatapnya. Patah-patah ikut berdiri. Patah-patah menatapnya. Patah-patah mengangguk.
“nyaris saja hye in-ssi. Terlambat sedikit saja, kau entah sudah dibawa kemana.”terangnya tanpa ku minta. Kau tahu. Dewa penolongku itu tak lain dan tak bukan adalah orang yang sama dengan orang yang membuatku bengong sepanjang malam ini.
“gamsahamnida ji yong-ssi.. gamshahaeyo..”ucapku sambil terus membungkukkan badan.
“yaakk.. yakk.. “bentaknya tak suka.
“arrasoo.. eiih... “ujarnya menunjukan wajah sebalnya.
“sebentar. Kau jangan kemana-mana. Jangan kemana-mana. Berdiri disini saja. Arraaa??”perintahnya tak terbantahkan. Tanpa menunggu persetujuanku. Ia sudah pergi menghilang.
Kemudian 5 menit kembali kedepanku. Membawa satu kotak susu hangat.
“minumlah. Wajahmu pucat. Kau tidak mau pulang dengan wajah pucat kan?”ujarnya sambil menyerahkan kotak susu yang sudah dibukanya tadi. Patah-patah dengan tangan gemetaran kuraih kotak susu tersebut.
“gomapta. “kataku pelan langsung meneguk susu tersebut. Hangatnya susu tersebut membantu banyak.
Kutatap wajahnya. Bagaimana bisa kau ada disini? Demikian maksud mimik wajahku.
“tidak sengaja. Aku kesini ingin bermain bersama beberapa teman. Mereka menunggu disana.”jelasnya lantas menunjuk sebuah gamezone.
“lantas tidak sengaja melihatmu di kelilingi orang-orang tadi.”jelasnya lagi.
“bagaimana kau tahu kalau itu aku?”tanyaku pelan. Kutatap ia lekat.
“aku hanya berjarak 5langkah dari mu. Tentu aku bisa melihat wajahmu. Aku mungkin berandalan. Tapi aku bukan orang yang pelupa. Hingga lupa wajah yang baru kutemui tadi siang.”jelasnya santai dimasukannya tangannya kedalam saku jaketnya.
“oohh... “jawabku pelan.
“sekali lagi terimakasih. Ahh mian.. aku harus pulang. Appa ku sakit.” potongku cepat. Langsung ingat tujuanku kemari.
“sakit?”tanya dengan kening berkerut.
“emm.. “anggukku pelan. Lantas menunjuk apotek yang terletak tak jauh dari tempat kami berdiri.
“aku beli obatnya di sana. Aku harus pulang segera ji yong-ssii.”jelasku cepat. Lantas melangkah pergi tak lupa membungkukan diri. Pamit.
“biar ku carikan taksi hye in-a”teriaknya kemdian. Aku menoleh. Menggeleng.
“aku bawa mobil ji yong-ssi. Itu disana”jawabku seraya menunjuk mobil CR-V putih yang terpakir 3 langkah dariku.
“aahh.. nee.. hati-hati.. “ada nada kecewa disana. Aku membungkukan badan lagi. Sebelum melangkah masuk kedalam mobil. Dan tanpa menoleh. Kulajukan mobilku kembali pulang.

***

Hari berlalu sebagaimana mestinya. Tidak ada yang spesial. Tidak ada. Sekali lagi kutegaskan. TIDAK ADA YANG SPESIAL. Dia melupakan apa yang terjadi padaku. Melihatku pun tidak. padahal aku berlalu lalang didepan hidungnya. Itu menyekikku. Tak bisa bernapas. Tragis. Jika bukan karena dia. Mungkin hari ini aku masih terbaring dirumah sakit. Tapi, yang seperti yang kalian tahu. Aku bukan APA-APA baginya. Itu membuatku kembali terenyak kedunia nyata sekali lagi. Terbangun dari mimpi indah sekaligus mimpi buruk bersamanya.

Semua kembali seperti semula. Tidak ada yang berubah. Hanya aku yang sibuk membantah hati. Bahwa aku semakin mencintainya. Terlepas dari dia menyelamatkan ku malam itu. Aku hanya baru menyadari betapa aku menginginkannya. Terlalu berharap.

“hhhaahh..”helaku sesak. Membiarkan diri tersapu matahari terik. Duduk diam bak patung di bangku taman dekat parkiran.
Membiarkan angin nakal memainkan rambutku. Berharap angin dapat menyapu sedikit perasaanku padanya.
Tapi entah mengapa. Yang ada malah seperti menambah segunung rasa baru untuknya. Hanya karena angin membawa suaranya.
Kucari suaranya dengan sudut mataku. Ahh disana. Aku tersenyum getir. Pahit. Sakit.
“aku harus pergi, joon-ah..” pamitnya pada seseorang yang tampak seperti Lee Joon, teman karibnya. Lantas berlari menyambangi motor besarnya. Nampak seorang Yeoja cantik berdiri disana. 
Aku tersenyum getir. Itulah alasan kenapa aku harus cepat-cepat mengubur perasaanku. Sebelum aku menjadi serakah.
Kupandangi mereka. Yeoja itu naik dengan anggun ke atas motor dan memeluknya erat. Seakan tak ingin melepaskannya. Dan sesaat kemudian,terdengar suara motornya menderu menjauhi parkiran.
“jiyong-a bahagialah. Maka aku akan ikut bahagia bersamamu.” Ucapku lirih. Berbisik pada diriku sendiri. Mantra untuk ku selama berdamai tentang perasaanku padanya.
Ku raih buku ku. kumasukan sembarangan. Kutinggalkan tempatku duduk menuju kelas. Berharap sebagian rasa itu ikut tertinggal dibelakang.
Betapa semua terasa cepat bak jet coster. Naik dan turun. Satu hal yang kutahu. Aku bukan apa-apa buatnya. Hanya itu.
= - - E N D - - =

ini FF udah pernah d post sebelum nya. di blog tetangga. hihi
ada yang udh pernah baca?
udah pasti.
ini belum ada editan apapun. masih murni.
belum dapat feel baru soalnya hehehe
semoga terhibur~ heheh