Minggu, 04 November 2012

[FanFiction] STILL ALIVE ! Part 1


Cast : - Lee Min Ho
-   Kim Hyun Joong
-   Choi Seung Hyun and BigBang other member
-   Song Hyun Ji
Genre : Romance
Rate : PG – 16
Warning : No Bashing !
Disclamair : ini murni hasil ngayal sebelum tidur. Khahahaha^^v jadi klo geje ato ga masuk akal. Maafin yak. Namanya juga hasil ngayal geje. :P menistakan suami sendiri itu menyenangkan.. *digigit LMH* >< tapi,dasar itu suami sok cool. Padahal dia seneng tuh jadi peran antagonis. Mau nya dia itu mah.. huh *merong* eh mian ngebacot ngaco.. *bowing 900* >/\< silahkan bacaaaa.. semoga tidak mengecawakan.. amiinn.. >/\< jangan lupa komen yaaa.. kritik saran yang banyaakkk.. *ngarep to the max*
***
Aku lelah. Tapi mata ku tak bisa terpejam. Bukan aku tak ingin. Tapi sepertinya mata ku punya cara sendiri untuk terlelap. Satu jam hanya duduk manis menatap langit. Berteman angin malam dan dengingan nyamuk yang berlalu lalang. Aku tak peduli. Sama tak perduli nya pada seseorang yang bahkan membuatku menunggu. Aku tahu dia tidak akan pulang. Tidak sampai aku meminta dia pulang. Biar saja. Aku lelah terus meminta nya. Jika ia kembali, itu karena kemauan nya. bukan karena bujukan ku. Aku lelah. Sangat lelah. Tidak kah dia pernah berpikir jika dia ada diposisi ku ? aku tahu, aku terlalu berharap banyak padanya. Terlalu bermimpi banyak hal bersamanya. Hingga aku melupakan siapa diriku untuk nya.
Sudah sekian kali aku melirik telpon ku, berharap ia mengirim pesan. Tapi tak ada. Satu huruf pun tidak. Aku tahu pernikahan ini bukan karena kemauan kami berdua. Ini terpaksa. Kesalahan yang kubuat, tapi dia yang harus menanggung nya. Aku tahu hingga hari ini dia tidak bisa menerima ku. Kalau di tanya kenapa dia bersedia menikahi ku. Itu hanya karena sebuah janji. Janji nya pada orangtua ku. Janji untuk menjaga ku dan melindungi ku.
Appa ku sudah melarangku untuk terus berpacaran dengan pria itu. Tapi, aku terlanjur lupa dan menjadi bodoh. Aku lupa bahwa pria itu anak dari pesaing bisnis appa ku. Aku terperangkap. Terjebak karena kebodohan ku. Aku yang baru meniti karir didunia entertaiment, harus terpuruk menerima kenyataan bahwa kekasih yang amat ku bela dan ku cintai. Hingga merelakan harta berharga ku direngut olehnya. Hal inilah yang menjadi pemicu segala nya. foto-foto dari paparazi bertebaran. Hingga video itu. Rekaman video saat kami melakukan nya. Appa marah besar. Begitu juga manajemen ku. Karir ku sebagai model hancur berantakan. Berkali-kali aku berpikir untuk lari saja dari semua kenyataan. Mulai lah kehidupan bodoh ku jalani. Minum-minum hingga mabuk. Merendam diri berjam-jam dalam bathtube. Tak sadarkan diri. Hingga aku membuka mata, yang kulihat pertama kali itu dia. Min Ho. Tanpa senyum. Dengan wajah datar. Dia berkata “kau nyaris membunuh janinmu”. Dialah yang pertama tahu bahwa aku mengandung. Yang aku sendiri baru tahu saat itu. Kau tahu. Aku semakin gila karena tahu hal itu. Orangtua ku melunak. Melihat ku seperti mayat hidup. Depresi berat. Tak perlu waktu lama bagi mereka untuk merangkai pernikahan itu. Berdiri di altar seperti boneka. Bisa kalian lihat foto pernikahan itu. Tak ada senyum tulus. Hanya ada senyum paksaan. Tak banyak undangan yang datang. Hanya keluarga. Perlu 1 bulan untuk aku sembuh dari depresi panjang. Awalnya Min Ho selalu care pada ku. Namun, ketika aku benar-benar sembuh, dia perlahan berubah. Mulai menjauh. Aku menyadari. Bahwa selama ini dia hanya menjalankan tugasnya menyembuhkan ku. Dia tidak benar-benar menerima ku. Dia bahkan jarang pulang. Seperti malam ini. Ini malam ke 4 dia tidak pulang. Aku selalu bertanya, kenapa dia tidak pulang. Dia hanya menjawab. Dia banyak kerjaan. Hanya itu. Aku memutuskan berhenti bertanya. Dan membiarkan nya.
Ini bulan ke 2 penikahan kami. Dan usia kandungan ku sudah 3 bulan. Kau menikah. Tapi kau selalu sendiri. Itu menyakitkan. Sudahlah. Aku lelah memikirkan banyak hal. Mari beranjak tidur. Bukan kah esok aku kembali bekerja.
~~
“annyeong~ hyun ji..!! aigoo.. lama sekali tidak melihatmu. “sapa gummy onnie.
“lebih baik sekarang ??”tanya nya lagi. Dan aku hanya menjawab dengan senyuman. Gummy onnie menepuk-nepuk pundak ku. Dan berbisik. “semangatlah. Kami merindukan mu.” Sambil berlalu pergi, menuju ruang latihan.
Di gedung ini. Berbulan lalu, YG appa memarahi ku. Dan disini pula Bom,Dara, Gummy onnie memelukku. Dan se7en oppa mengelus rambutku. Tahun yang berat untuk manajemen ini.
“haahh~~”hela ku saat lift terbuka.
“ohh~ Hyun ji~”sapa seungri sambil berlari.
“ohh.. annyeong pandaa~”sapaku ramah dan tersenyum.
“appa mood nya sedang bagus. Baik-baik yaa”teriaknya lantas buru-buru masuk lift.
BigBang comeback. Itu berita bagus. Membuat kasus scandal ku tertutupi dengan comeback mereka. Itu yang dijelaskan appa beberapa hari lalu. Nah, sampai. Ku hela napasku berkali-kali. Semoga si panda tidak membohongi ku.
“masuklah.” Terdengar suara appa dari dalam. Ku buka pintu perlahan. Terlihat appa sibuk dengan bertumpuk-tumpuk kertas.
“ohh~ song hyun ji. Mari kesini.” Appa lantas pindah ke sofa.
“menikah tidak bilang-bilang. Kau tahu, appa kecewa.”katanya singkat dan to the point.
Aku tersentak. Appa tahu? Oh tuhan.
“tapi, appa mengerti bahwa urusan ini harus dirahasiakan. Benar??”ujarnya kemudian sambil meletakan kertas yang dipegang nya sedari tadi di atas meja.
“nee appa.”jawab ku singkat. Sambil menundukan kepala.
“arraso.. appa tahu. Kau tahu, digedung ini, hanya appa yang tahu jika kau telah menikah dengan aktor itu. Dan tentang scandal itu. Sudahlah tidak usah kau pikirkan. Itu sudah selesai.” Kata appa santai dan tenang. Khas appa.
“nah ini kontrak iklan mu. Kau tahu, sulit sekali membuat perusahan ini percaya kau bisa jadi ambasodor mereka. Tapi, dengan kekuatan appa kalian ini. Semua yang tidak mungkin menjadi mungkin.”canda YG appa.
“kau tidak sendirian. Kau bersama Seung Hyun. Dipercaya menjadi model CF sekaligus ambasador untuk mereka selama 1tahun.”jelas appa dengan nada bicara yang amat sangat bersahabat.
“seunghyun yang mana appa? Little seunghyun atau big seunghyun ?”tanya ku cepat. Itu benar. Ada 2 seunghyun di gedung ini.
“Choi Seung hyun, Song hyun Ji.. tidakkah kau lihat nama nya terlihat di bawah nama mu disini...? “jawab appa sambil menunjuk-nunjuk kertas kontrak.
“aaahhh~~~ mianhae appa.. aku tidak membaca nya.”kataku cepat lantas dengan cepat membaca kontrak kerja.
“jadi aku shooting 2 hari lagi ? dimana appa ? disini tidak di jelaskan.” Tanya ku ketika selesai membaca.
“ne~ shooting memang 2 hari lagi. Dimana nya belum di putuskan. Nanti di kabari lagi kata nya. hwaiting hyun ji..! appa tahu kau bisa kembali secemerlang dahulu. Bahkan lebih cemerlang lagi. Kalau kata ji yong. You’re still ALIVE. Kekekekeek~” jelas appa sambil bercanda.
“appa bisa saja. Geurre.. hanya ini kan appa ?”kataku memastikan.
“emm.. hanya itu. Bersabarlah. Kesempatan pasti akan datang.”jawab appa sambil kembali ke meja nya.
“baiklah.. aku pergi dulu appaa.. gamsahamindaa~”kataku pamit. Dan seperti biasa appa hanya melambaikan tangan sekilas.
Kalian tahu. Di YGent ini hanya aku yang langsung di manajeri oleh appa. Yang lain sudah punya manajer pribadi. Hanya aku yang masih ditangani appa secara langsung.
Kerjaan baru. Ini mendebarkan. Seperti baru debut. Aku bersemangat. Sangat bersemangat. Tapi sepertinya hanya tubuhku yang berontak. Mendadak pusing. Cepat-cepat meraba dinding. Aigoo pusing. Ku gigit bibirku dan berusaha melangkah ke dalam lift. Aku bisa bertahan. Ini hanya sebentar. Semenjak hamil. Pusing sudah menjadi teman.
Ting~ lift berhenti satu lantai.
“ahh~~ hyun jii.. !!”teriak jiyong saat lift terbuka.
Aku hanya melambaikan tangan. Menyuruh mereka masuk. Kali ini aku bertemu jiyong, daesung dan yongbae. Wajah-wajah lelah mereka terlihat. Tangan ku semakin mencekram pegangan lift. Ku gigit bibirku. Daesung menyadari itu.
“gwenchana? Wajahmu terlihat pucat.”tanya daesung sambil memperhatikan wajahku. Di ikuti jiyong dan yongbae.
“hanya sedikit pusing. Gwenchana.”kataku jujur.
“sudah sarapan ?”ini suara jiyong yang bertanya.
“belum. Tidak sempat.”jawab ku singkat.
“kebetulan kami mau mencari makan. Kau ikut saja sekalian, bagaimana?” ajak yongbae yang d barengi dengan anggukan kompak daesung dan jiyong.
“gomawo. Tapi aku harus pulang. Aku ingin lekas istirahat.”jawabku sopan. Dan saat itu pandang ku mulai berputar pelan. Cepat-cepat kembali kepegang erat pegangan lift. Bebapa detik kemudian menjadi hitam. 
_T B C_

[FanFiction] Believe In Love

Genre : Romace
Rate : All Age's
Cast :

  • Jung Il Woo
  • Hong Se Ra
  • Lee Min Ho
note by  me : 
ini tulisan hasil kejar 1 jam. Hasilnya gaje nan galau. *habis patah hati /preet* ide cerita dari mana-mana ga jelas. ada ngutip dari drama, dari novel, dari kalimat-kalimat bijak dari beberapa teman yang baik hati. hehehe.. :P
ini bukan real. it's just for fun. hahaha bagi para pecinta dan pemuja si imut Jung Il Woo maafkan akuu~~ >___<v mian bikin karakter il woo yang muka polos jadi playboy cap gayung (?) 
nah bagi yang belum bisa move on, ayo sama-sama belajar berdamai^^ berdamai itu indah loohh.. ayo semangat !! (.____.)9


@@@@
Selamat datang november. Bulan paling ku suka dari seluruh bulan. Kenapa ? bulan ini adalah bulan kelahiran ku. Tapi, mungkin mulai tahun depan. Bulan ini akan menjadi bulan paling ku ingat sepanjang sejarah. Kenapa ? kok bisa ? nanti saja kuceritakan.

Ah ya, perkenalkan. Nama ku Hong Se Ra. Ah aku bukan artis. Aku hanya mahasiswi biasa. Aku kuliah di KyungHee university jurusan theater. Yang menjadi penting dari cerita ini adalah aku kekasih dari Jung Il Woo. Tidak percaya ? kalian harus percaya. Karena itu nyata. Tanyakan saja pada si Lee Min Ho itu. Dia pasti mengenalku. Mengenalku dengan baik.

Kami berpacaran dari tahun 2010. Putus nyambung beberapa kali. Selalu begitu. Dia tipikal pria yang menyenangkan. Selalu menyenangkan bersama nya. hahh.. mengapa baru sampai di sini semua kembali terasa menyesakkan?.

Hari ini aku duduk disini. Di temani semilir angin yang membuai anak rambut hitam ku yang tergerai. Mengijinkan mentari menyentuh lembut kulitku. Bulan ini penghujung musim gugur. Terasa lebih dingin sekarang. Dan suasana ini membantu banyak. Mengingat urusan ini saja aku sulit. Apa lagi ditambah suasana yang panas. Mungkin aku sudah meledak.
Hari ini berbeda. Hari ini istimewa. Aku menyebutnya hari untuk berdamai. Banyak sekali yang ku lewat kan selama beberapa tahun terakhir. Tanpa mau mendengarkan bisikan angin. Tanpa mau melihat cahaya mentari yang menyilaukan. Dan semua tertutup dengan sempurna oleh seseorang. Seseorang yang bahkan membuatku amat bersedih 2 hari lalu.
Ku mainkan gantungan boneka di HP ku yang berbentuk tanzmania. Nah, ini adalah pemberian dari nya. Sepasang. Kemarin aku bahkan membuang nya. Semua yang selama ini ku anggap baik-baik saja dan tidak ada apa-apa. Ternyata semua nya dusta. Semua itu kebohongan. Kebohongan yang amat tertutup rapi.

***
“emm oppaa wae ?” tanya ku setengah tak sabar. Aku sedang menyelesaikan hapalan skrip drama.

“cepat kemari. Kau harus melihat ini. segera!!” teriak nya dari seberang sana.

“ada apa? Tidak bisakah oppa saja yang kemari. Aku sibuk.”jawabku asal. Aku memang sibuk kan? Sibuk menghapal.

“yak!! Hong Se Ra !! kau harus melihat ini. !! dengan kedua mata mu sendiri !! bukan dengan kedua mataku saja !!” okay, oppa satu ini sedang berlebihan. Apapula maksudnya. 
Tidak bisakah dia untuk tidak berteriak dan membentak ku?.

“arraaa!! Oppa dimana ??” aku mengalah. Malas mendengar kalimat-kalimat bentakan yang mungkin saja akan keluar seperti rentetan peluru nanti.

Dia menyebutkan tempat disana. Dan tentu saja di akhiri dengan teriakan perintah. Menyebalkan.

Ketika kau tiba disana. Bisakah kalian tebak apa yang kulihat dan apa yang ku dengar?. Ya, aku melihat sesosok yang amat sangat ku kenali. Bagaimana tidak. jaket serta syal itu aku yang membelikannya. Ya dia kekasih ku. kekasih yang amat ku puja sekian tahun tanpa henti. Meski aku terus tersakiti karena nya.

“oppaa.. mereka sedang apaa ??”tanyaku pada Min Ho oppa yang bersembunyi di balik sebatang pohon.

“mereka sedang bermesraan Se Ra ! kau buta?”bentak MinHo kesal.

“oppa.. katakan padaku. Ini semua sandiwara kalian saja kan?”kataku lagi. Dengan suara yang semakin bergetar. Mata berkaca-kaca.

“yakk babbo yaak.. tidak mungkin ada yang gila membuat drama serendah ini. sebodoh ini.” bantah nya cepat dengan wajah kesal. Entah dia marah padaku atau pada sahabatnya.

Dan sungguh. Angin jahat sekali, sungguh jahat kepadaku. Anginlah yang menjawab pertanyaanku itu.

oppa.. aku mencintai mu. Sungguh..” ujar wanita itu.
emm oppa doo..” jawab “kekasihku” itu dengan lembut. Sambil merebahkan kepala gadis itu dipundaknya. Mengelus rambut nya mesra.

Cukup. Cukup. Aku bahkan tidak perlu alasan dan penjelasan apapun sekarang. Ini semua menjelaskan banyak hal. Ku gigit bibirku. Menahan deru suara tangisku. Menahan ribuan sesak didalam dadaku. Ku langkahkan kaki ku kaku menuju mereka.

MinHo oppa rusuh menahanku. Sibuk berteriak tertahan.

“mitchosso ??!! yak Hong Se Ra !!” aku hanya menatap nya lekat dengan kedua mata ku yang penuh airmata. Pelan melepas cengkraman tangan nya.

“aku harus menyelesaikan ini semua hari ini oppa. Hari ini. tidak boleh besok. Harus hari ini. jebal. Lepas kan aku.” pintaku dengan kaki gemetar. Suara bergetar. Tangan gemetar. 

Tubuh ku sepenuhnya bergetar. Bergetar karena amarah. Kepedihan. Dan ketakutan.
Pelan sekali aku melangkah ke arah mereka. Dari tempatku tadi, normalnya jika aku berjalan hanya 10 langkah saja sudah sampai. Tapi, dengan semua peperangan yang ada di hati dan otak ku. belum lagi beban yang bergelantungan di hati ku membuat langkah kaki terasa jauh lebih berat.

Ku kepalkan tanganku. Ku gigit bibirku. Ku usap airmataku. Berusaha mencari kekuatan. Tuhan.. tubuh yang selama ini selalu kupeluk dan ku rindukan. Sempurna direngkuh gadis itu.

Tuhaan.. lihat tangan itulah yang selalu mengelus rambutku dan mencengkaram jemariku. Jemari yang selalu memenangkan ku. sempurna merengkuh pundak dan mengelus rambut gadis itu.

Tuhan... lihatlah.. mereka mesra sekali. Tak mendengar langkah kaki ku yang menyentuh dedaunan kering. Mereka tak terusik sama sekali. Kembali ku kepalkan tanganku. Mencari kekuatan.

Kulangkahkan kaki memutari kursi taman itu. bermaksud muncul dihadapan kedua nya. tentu,tentu ia akan amat terkejut. Amat tidak menyangka. Tentu saja.

“Se Ra-yaa.. “seru nya pelan. Rusuh melepas rengkuhan. Rusuh menjauhkan tubuh. Babbo.

“kemanhae oppa. Aku tahu semua nya.” desisku pelan. Menatap nya dengan tatapan penuh luka berdarah. Gadis itu? aku bahkan tak melihatnya ada sekarang.

“yak,,  Se Ra.. jebal. Dengarkan aku dulu.. “mohon nya padaku. Sambil meraih tanganku. Aku buru-buru melepasnya. Mengangkat kedua tangan.

“anni oppa.. oppa yang harus mendengarkan aku.” kataku setengah berteriak. dia patuh diam mendengarkan. Gadis itu? dia sudah pergi barusan. Takut barangkali.

“oppa.. setahun lalu oppa berjanji tidak akan menyakitiku. Aku memaafkannya. 3 bulan lalu oppa mengatakan hal yang sama. Aku masih memaafkan. Sekarang? Tidak oppa. Aku tidak bisa lagi memaafkan oppa. Semua terlampau jelas. Terlampau menyakitkan. Terlampau menyedihkan.” Stop sampai disini dia muluai tertunduk. Aku ? mengatur napas dan segukan.

“oppa tega sekali. Berselingkuh di depan mataku. Mengenanakan apa yang pernah ku berikan pada oppa. Mengunakan tangan dan tubuh yang selama ini ku anggap milik ku.” aku menangis lagi. Sesak membuncah terlalu.

“mianhae Se Ra yaa..” desis nya pelan tanpa menaikan kepalanya yang tertunduk.

“shiroo oppa! Aku muak. Aku lelah. aku bosan !” bantahku cepat. Campuran antara kesal. Benci. Sebal. Sakit membuatku kembali menangis.

“pernahkah oppa mengerti apa yang kurasakan? Pernah kah oppa sekali saja memahami perasaan ku?” aku menatapnya lekat. Membiarkan airmata yang jatuh satu persatu.

“tidak pernah. Oppa sama sekali tidak pernah mau mengerti dan memahami ku.” suaraku semakin bergetar dan serak. Dia ? terdiam tanpa bisa menjawab.

“oppa.. katakan padaku. Pernahkan oppa mencintaiku seperti aku mencintai oppa? Jawab oppa!!” tuhan.. dia tetap diam. 2 tahun bersama nya aku sungguh tahu maksud dan arti makna diam nya itu.

“tidak kan?” Dia pelan menatapaku. Tetap diam. Diam nya adalah YA. Bodoh sekali selama ini aku mengabaikan akal sehatku.

“aku mengerti oppa. Arraaa..” aku mengatakan kalimat ini dengan berurai airmata. Melepas gantungan boneka tanzmania yang selama ini selalu tergantung disana.

“oppa ingat ini?” kataku sambil mengantungkan boneka itu di depan wajahnya.

“ya.. jebal Se Ra yaa.. aku menyayangimu..”mohon nya. Demi mendengar kalimat itu. Boneka malang itu dengan sekuat tenaga ku buang jauh-jauh.

“YAAK HONG SE RA !! APA YANG KAU LAKUKAN !! itu benda yang kau sayangi kan?!!” teriaknya tidak mengerti.

“anni oppaa.. sekarang tidak lagi. Aku benci pada nya!”teriakku parau.  Dia ? hanya menatapku tak berkedip. Takjub mungkin. Tidak percaya dengan tindakanku.

“semua sudah selesai oppa. Terimakasih untul 2tahun yang mengharu biru. Terimakasih sudah memberiku kebahagian dari sekian luka yang oppa torehkan. Terimakasih atas semua nya. Dan juga Selamat atas hubungan mu dan dia. Semoga kalian bahagia.” Aku tanpa merasa perlu melihat ekspresi nya apa lagi merasa perlu mendengar teriakan dan panggilan nya. Terus berlari menuju tempat ku tadi berlindung. Menarik seseorang yang dari tadi bersembunyi di balik pohon dan juga yang dari tadi menjadi saksi mata atas segala nya.

***
“gwenchana ??”tanya nya khawatir. Hanya kata itu yang di ulang-ulangnya seperti kaset rusak dari 15menit lalu. Rusuh menenangkanku yang masih menangis tersedu. Meluapkan semua rasa sakit yang sedari tadi ku tahan setengah mati.

“Yak.. Hong Se Ra., tangis mu membuat lebah pun enggan hinggap di bunga ini.. lihatt,,, berisik sekali..”canda nya pada ku. aku yang masih segukan. Tertawa kecil.

“ijinkan aku menangis hari ini oppa. Sungguh. Aku tidak bisa. Tidak bisa menahan nya lagi, terlalu sakit. terlalu pedih, terlalu sedih.” Pinta ku dengan suara sengau yang amat jauh dari kata merdu.

“kau jelek saat menangis Se Ra yaa..” canda nya lagi..

“oppaaaa,,,”rengek ku. kesal.

“arraaa... menangislaahh.. menangislah sepuasmu.. menangis itu hak mu. Keluarkan semua rasa kesal, benci, bahkan marahmu. Lampiaskan. Aku tidak peduli orang akan melihatmu seperti orang gila. Aku akan menemani mu disini. Aku takut kau di tangkap petugas rumah sakit jiwa nanti.”

Aku menatapnya sadis. Orang ini, tidak tahu situasi dan kondisi saat bercanda. 
Menyebalkan. Ku tinggalkan saja dia. Berjalan cepat. Dengan sisa-sia airmata.

Tiba-tiba tangan itu menarik ku cepat. Bukan menariknya saja. Tapi meraihnya dan merengkuh ku kedalam perlukan nya. Dan entah karena apa. Tiba-tiba saja rasa sesak itu kembali menghimpitku. Membuat airmata ku semakin banyak keluar. Aku bahkan menangis menjerit. Pedih sekali hati ku. kehangatan ini. seperti kehangatan yang dia berikan.

“menangislah. Jika itu bisa mengembalikan senyum ceria mu. Menangislah. Jika itu bisa membuat Se Ra kami kembali tertawa. Menangislah jika itu bisa menghapus seluruh ceritamu. Menangislah sepuas mu Se Ra nya. Tapi, esok kau harus membayar seluruh airmata yang jatuh hari ini. arraa ?” aku mengangguk. Tanda setuju dan mengerti. Kalimat itu sungguh sederhana. Tapi entah mengapa malah semakin menusuk ku. membuat tangisku pecah semakin nyaring. Bahkan sekarang aku memukul-mukul nya. melampiaskan rasa kesal dan marah ku yang tertahan.

Dia? Hanya mendekap ku semakin dalam. Membiarkan tubuhnya menjadi samsak ku. membiarkan kemeja biru nya basah oleh airmataku. Dia sungguh membiarkan ku menangis. Berteriak. memukul. Bahkan mencaci nya. Baik sekali dia sekarang. Orang yang selama ini selalu ku cueki. Yang selalu bercanda keterlaluan dengan ku. Orang yang selalu jadi tempat ku mengadukan kelakuan Il Woo sahabatnya. Tempat ku bertukar Ide. Ya aku dan dia satu jurusan beda angkatan dan semester. Sama-sama aktif di theater kampus. Hari ini dia teramat baik padaku. Teramat baik.

“Se Ra ya.. esok lusa. Jika kau jatuh cinta lagi. Jangan kau butakan matamu. Jangan kau tulikan telinga mu. Jangan kau dustakan hati dan prasangka mu. Karena dari sanalah cinta yang tulus darimu bisa tersampaikan. Kau juga tidak boleh terlalu percaya. Karena itu suatu saat mungkin saja akan membuatmu terjatuh dan terluka lagi.” Akhirnya dia berkata lagi. Setelah dia hanya diam memelukku dan mengelus punggungku.

Aku sekali lagi hanya menjawabnya dengan anggukan pelan. Di iringi dengan sedu sedan pelan. Tangis ku sudah mereda banyak. Tak ada raungan. Tak ada jeritan. Tak ada pukulan.

“Se Ra ya.. aku sebenarnya sudah tahu sejak lama. tapi, aku tidak pernah tega memberitahu mu. Karena aku tidak suka melihat mu menangis karena dia berkali-kali. Seharusnya duluu sekali. Kau tidak boleh memaafkan dia. Tapi, sungguh aku tidak berhak melarangmu.”

Apa ? dia tahu. Demi mendengar ini. ku lepas pelukannya. Ku tatap wajahnya. Mencari penjelasan. Aku amat mengerti makna tatapan itu. Sebuah tatapan pembenaran. Tak ada dusta disana. Mata itu tegas. Setegas kalimat berikutnya.

“aku tahu aku tak pernah berhak memberitahu mu. Tapi ijinkan aku memberitahumu semua nya sekarang. Dengarkan aku baik-baik. Meski aku bersahabat dengan nya. Aku membenci sifat nya yang satu itu. Aku benci dia terus bermain-main dengan mu. Tapi, aku punya hak apa untuk melarangmu. Kau hanya adik kelas ku. dongsaeng ku di teater. Dan juga kekasih sahabatku. Tapi hari ini, aku sungguh tidak bisa menahan nya. Aku benci terus-terus melihat dia mengandeng dan bermesraan dengan gadis yang bukan kau. Aku benci sifat playboy nya itu.” dia berhenti disini. Terdiam. Entah lah mungkin sedang menyusun kalimat-kalimat penjelasan. Dia pelan memakai sweeter putih kesayangan nya. yang sedari tadi hanya terikat di lehernya.

“gadis tadi. Tidak hanya dia. Masih ada 2 gadis lain yang sedang iya pacari.”

“MWO ?!!” aku terperanjat. Apa katanya ? tidak hanya gadis itu ? MWO ?!! aku sungguh tertipu mentah-mentah sekarang.

“eemm.. itu benar. Aku melihat semua nya sendiri. Aku tidak tahan. Makanya hari ini aku memperlihatkan salah satu nya padamu. Aku tidak mau dia menyakitimu lebih lama. itu semua lebih dari cukup untuk membenci nya bukan.”

Aku menatapnya takjub. Dia memikirkanku? Sedemikian baiknya. Ah benar. selama ini dia yang selalu jahil mengatakan “bagaimana jika il woo sekarang sedang selingkuh dengan seorang gadis seksi” dulu aku hanya memukulnya dengan tasku. Sempurna mempercayai il woo. Tak pernah membiarkan akal sehat ku menyadarkan. Tak pernah mendengarkan kalimat-kalimat penyindirian dari nya.

Duhai airmata kenapa tidak mau berhenti. Bukan kah semua sudah terlampau jelas sekarang. Dia berselingkuh. Itu belum cukup kah? Dia juga tidak pernah mencintaiku. Itu juga belum cukup ? aku bodoh jika terus menangis karena nya. semua yang kulakukan selama ini sia-sia.

“kajjaa.. kau bukan kah harus menghapal script bagian mu ? pementasan hanya 3 minggu lagi. Dan kau masih banyak belum hapalnya daripada hapalnya.” Ajaknya kemudian. Tanpa merasa perlu mendapat jawaban dari ku. Dia terus menarikku menjauh dari taman itu. menjauhi kenangan itu.

Dia membuatku sibuk di sepanjang sore hari itu. menyuruhku mengulang-ngulang hapalan naskah dan juga berlatih ekspresi dan intonasi. Ah aku lupa, di pementasan ini dia bertindak sebagai sutradara. Memegang hak penuh atas pementasan ini. dan kabar baik nya hari itu, malam itu juga. Kesibukan itu mengalihkan perhatian atas perasaan sedih yang menggunung itu.

Membuatku sempurna melepaskan perasaan yang selama ini mengukungku. Membuat gelap mata ku. menulikan telingaku.

***
Yaa.. kemarin hari yang berat. Tapi aku belajar banyak hal. Ternyata berdamai itu jauh lebih mudah daripada melupakan seseorang yang pernah mengisi hari-hari mu.

Hari ini aku duduk di kursi yang sama dengan yang dia duduki kemarin. Aku menemukan boneka tanzmania malang itu. setelah rusuh mencari nya kesana kemari tentu nya. Hari ini tidak ada si baik hati. Tidak ada dia juga,si pemain hati. Aku hanya sendiri. Mengenang semua nya. Tetapi percaya atau tidak. Aku tidak merasa sedih. Sedih dan pedih ku sudah ku habiskan kemarin.

Semua kesibukan yang dia ciptakan ternyata amat bermanfaat. Ah tentu saja, si baik hati dan si pemain hati tetap bersahabat. Sahabat yang bertolak belakang. Secara sifat tentu nya. Karena si pemain hati tak pernah tahu bahwa sahabatnya si baik hati lah yang memberitahuku semua nya.

Ah aku belum pernah bertemu dengan dia hari ini. Bukan, bukan aku yang menghindarinya. Tapi dia lah yang sebenarnya menghindari ku. Berlari pergi saat berpapasan dengan ku. Menghindar saat melihatku keluar dari ruang latihan. Padahal dia pasti sedang menunggu Min Ho oppa.

Aku akan menegur dan menyapa nya esok lusa. Tidak hari ini. seperti nya dia lah yang takut padaku. Dia lah yang harus belajar menerima ku sekarang.

Merima sebuah rasa sakit itu memang menyesakan. Tapi sesungguhnya itulah sebuah proses dari berdamai dengan sebuah kisah masa lalu yang menyakitkan. Mengubah rasa sakit itu menjadi rasa percaya diri dan kekuatan untuk berjalan melaju ke masa depan.

Nanti, ketika merasa perlu menegok kebelakang. aku tidak lagi merasa sedih dan sakit. Tapi, aku akan melihatnya dengan sebuah senyuman. Ini semua pembelajaran, jangan pernah mengulangi hal yang sama seperti masa lalu itu.

Karena sesungguhnya di balik semua rasa sakit itu ada sebuah kebahagiaan. Jadi lihatlah kebahagian itu. untuk menapaki jalan masa depan. Bukan kah hidup akan terus berlanjut ? meski itu dengan bentuk dan rupa nya masing-masing.

_ E N D _