Rate : All Age's
Cast :
- Jung Il Woo
- Hong Se Ra
- Lee Min Ho
ini tulisan hasil kejar 1 jam. Hasilnya gaje nan galau. *habis patah hati /preet* ide cerita dari mana-mana ga jelas. ada ngutip dari drama, dari novel, dari kalimat-kalimat bijak dari beberapa teman yang baik hati. hehehe.. :P
ini bukan real. it's just for fun. hahaha bagi para pecinta dan pemuja si imut Jung Il Woo maafkan akuu~~ >___<v mian bikin karakter il woo yang muka polos jadi playboy cap gayung (?)
nah bagi yang belum bisa move on, ayo sama-sama belajar berdamai^^ berdamai itu indah loohh.. ayo semangat !! (.____.)9
@@@@
Selamat datang november. Bulan paling ku suka dari seluruh
bulan. Kenapa ? bulan ini adalah bulan kelahiran ku. Tapi, mungkin mulai tahun
depan. Bulan ini akan menjadi bulan paling ku ingat sepanjang sejarah. Kenapa ?
kok bisa ? nanti saja kuceritakan.
Ah ya, perkenalkan. Nama ku Hong Se Ra. Ah aku bukan artis.
Aku hanya mahasiswi biasa. Aku kuliah di KyungHee university jurusan theater.
Yang menjadi penting dari cerita ini adalah aku kekasih dari Jung Il Woo. Tidak
percaya ? kalian harus percaya. Karena itu nyata. Tanyakan saja pada si Lee Min
Ho itu. Dia pasti mengenalku. Mengenalku dengan baik.
Kami berpacaran dari tahun 2010. Putus nyambung beberapa
kali. Selalu begitu. Dia tipikal pria yang menyenangkan. Selalu menyenangkan
bersama nya. hahh.. mengapa baru sampai di sini semua kembali terasa menyesakkan?.
Hari ini aku duduk disini. Di temani semilir angin yang
membuai anak rambut hitam ku yang tergerai. Mengijinkan mentari menyentuh
lembut kulitku. Bulan ini penghujung musim gugur. Terasa lebih dingin sekarang.
Dan suasana ini membantu banyak. Mengingat urusan ini saja aku sulit. Apa lagi
ditambah suasana yang panas. Mungkin aku sudah meledak.
Hari ini berbeda. Hari ini istimewa. Aku menyebutnya hari
untuk berdamai. Banyak sekali yang ku lewat kan selama beberapa tahun terakhir.
Tanpa mau mendengarkan bisikan angin. Tanpa mau melihat cahaya mentari yang
menyilaukan. Dan semua tertutup dengan sempurna oleh seseorang. Seseorang yang
bahkan membuatku amat bersedih 2 hari lalu.
Ku mainkan gantungan boneka di HP ku yang berbentuk
tanzmania. Nah, ini adalah pemberian dari nya. Sepasang. Kemarin aku bahkan
membuang nya. Semua yang selama ini ku anggap baik-baik saja dan tidak ada
apa-apa. Ternyata semua nya dusta. Semua itu kebohongan. Kebohongan yang amat tertutup
rapi.
***
“emm oppaa wae ?” tanya ku setengah tak sabar. Aku sedang
menyelesaikan hapalan skrip drama.
“cepat kemari. Kau harus melihat ini. segera!!” teriak nya
dari seberang sana.
“ada apa? Tidak bisakah oppa saja yang kemari. Aku
sibuk.”jawabku asal. Aku memang sibuk kan? Sibuk menghapal.
“yak!! Hong Se Ra !! kau harus melihat ini. !! dengan kedua
mata mu sendiri !! bukan dengan kedua mataku saja !!” okay, oppa satu ini
sedang berlebihan. Apapula maksudnya.
Tidak bisakah dia untuk tidak berteriak dan membentak ku?.
Tidak bisakah dia untuk tidak berteriak dan membentak ku?.
“arraaa!! Oppa dimana ??” aku mengalah. Malas mendengar
kalimat-kalimat bentakan yang mungkin saja akan keluar seperti rentetan peluru
nanti.
Dia menyebutkan tempat disana. Dan tentu saja di akhiri
dengan teriakan perintah. Menyebalkan.
Ketika kau tiba disana. Bisakah kalian tebak apa yang
kulihat dan apa yang ku dengar?. Ya, aku melihat sesosok yang amat sangat ku
kenali. Bagaimana tidak. jaket serta syal itu aku yang membelikannya. Ya dia
kekasih ku. kekasih yang amat ku puja sekian tahun tanpa henti. Meski aku terus
tersakiti karena nya.
“oppaa.. mereka sedang apaa ??”tanyaku pada Min Ho oppa yang
bersembunyi di balik sebatang pohon.
“mereka sedang bermesraan Se Ra ! kau buta?”bentak MinHo
kesal.
“oppa.. katakan padaku. Ini semua sandiwara kalian saja
kan?”kataku lagi. Dengan suara yang semakin bergetar. Mata berkaca-kaca.
“yakk babbo yaak.. tidak mungkin ada yang gila membuat drama
serendah ini. sebodoh ini.” bantah nya cepat dengan wajah kesal. Entah dia
marah padaku atau pada sahabatnya.
Dan sungguh. Angin jahat sekali, sungguh jahat kepadaku.
Anginlah yang menjawab pertanyaanku itu.
“oppa.. aku mencintai
mu. Sungguh..” ujar wanita itu.
“emm oppa doo..” jawab
“kekasihku” itu dengan lembut. Sambil merebahkan kepala gadis itu dipundaknya.
Mengelus rambut nya mesra.
Cukup. Cukup. Aku bahkan tidak perlu alasan dan penjelasan
apapun sekarang. Ini semua menjelaskan banyak hal. Ku gigit bibirku. Menahan
deru suara tangisku. Menahan ribuan sesak didalam dadaku. Ku langkahkan kaki ku
kaku menuju mereka.
MinHo oppa rusuh menahanku. Sibuk berteriak tertahan.
“mitchosso ??!! yak Hong Se Ra !!” aku hanya menatap nya
lekat dengan kedua mata ku yang penuh airmata. Pelan melepas cengkraman tangan
nya.
“aku harus menyelesaikan ini semua hari ini oppa. Hari ini.
tidak boleh besok. Harus hari ini. jebal. Lepas kan aku.” pintaku dengan kaki
gemetar. Suara bergetar. Tangan gemetar.
Tubuh ku sepenuhnya bergetar. Bergetar karena amarah. Kepedihan. Dan ketakutan.
Tubuh ku sepenuhnya bergetar. Bergetar karena amarah. Kepedihan. Dan ketakutan.
Pelan sekali aku melangkah ke arah mereka. Dari tempatku
tadi, normalnya jika aku berjalan hanya 10 langkah saja sudah sampai. Tapi,
dengan semua peperangan yang ada di hati dan otak ku. belum lagi beban yang
bergelantungan di hati ku membuat langkah kaki terasa jauh lebih berat.
Ku kepalkan tanganku. Ku gigit bibirku. Ku usap airmataku.
Berusaha mencari kekuatan. Tuhan.. tubuh yang selama ini selalu kupeluk dan ku
rindukan. Sempurna direngkuh gadis itu.
Tuhaan.. lihat tangan itulah yang selalu mengelus rambutku
dan mencengkaram jemariku. Jemari yang selalu memenangkan ku. sempurna
merengkuh pundak dan mengelus rambut gadis itu.
Tuhan... lihatlah.. mereka mesra sekali. Tak mendengar
langkah kaki ku yang menyentuh dedaunan kering. Mereka tak terusik sama sekali.
Kembali ku kepalkan tanganku. Mencari kekuatan.
Kulangkahkan kaki memutari kursi taman itu. bermaksud muncul
dihadapan kedua nya. tentu,tentu ia akan amat terkejut. Amat tidak menyangka.
Tentu saja.
“Se Ra-yaa.. “seru nya pelan. Rusuh melepas rengkuhan. Rusuh
menjauhkan tubuh. Babbo.
“kemanhae oppa. Aku tahu semua nya.” desisku pelan. Menatap
nya dengan tatapan penuh luka berdarah. Gadis itu? aku bahkan tak melihatnya
ada sekarang.
“yak,, Se Ra.. jebal.
Dengarkan aku dulu.. “mohon nya padaku. Sambil meraih tanganku. Aku buru-buru
melepasnya. Mengangkat kedua tangan.
“anni oppa.. oppa yang harus mendengarkan aku.” kataku setengah
berteriak. dia patuh diam mendengarkan. Gadis itu? dia sudah pergi barusan.
Takut barangkali.
“oppa.. setahun lalu oppa berjanji tidak akan menyakitiku.
Aku memaafkannya. 3 bulan lalu oppa mengatakan hal yang sama. Aku masih
memaafkan. Sekarang? Tidak oppa. Aku tidak bisa lagi memaafkan oppa. Semua
terlampau jelas. Terlampau menyakitkan. Terlampau menyedihkan.” Stop sampai
disini dia muluai tertunduk. Aku ? mengatur napas dan segukan.
“oppa tega sekali. Berselingkuh di depan mataku.
Mengenanakan apa yang pernah ku berikan pada oppa. Mengunakan tangan dan tubuh
yang selama ini ku anggap milik ku.” aku menangis lagi. Sesak membuncah
terlalu.
“mianhae Se Ra yaa..” desis nya pelan tanpa menaikan
kepalanya yang tertunduk.
“shiroo oppa! Aku muak. Aku lelah. aku bosan !” bantahku
cepat. Campuran antara kesal. Benci. Sebal. Sakit membuatku kembali menangis.
“pernahkah oppa mengerti apa yang kurasakan? Pernah kah oppa
sekali saja memahami perasaan ku?” aku menatapnya lekat. Membiarkan airmata
yang jatuh satu persatu.
“tidak pernah. Oppa sama sekali tidak pernah mau mengerti
dan memahami ku.” suaraku semakin bergetar dan serak. Dia ? terdiam tanpa bisa
menjawab.
“oppa.. katakan padaku. Pernahkan oppa mencintaiku seperti
aku mencintai oppa? Jawab oppa!!” tuhan.. dia tetap diam. 2 tahun bersama nya
aku sungguh tahu maksud dan arti makna diam nya itu.
“tidak kan?” Dia pelan menatapaku. Tetap diam. Diam nya
adalah YA. Bodoh sekali selama ini aku mengabaikan akal sehatku.
“aku mengerti oppa. Arraaa..” aku mengatakan kalimat ini
dengan berurai airmata. Melepas gantungan boneka tanzmania yang selama ini
selalu tergantung disana.
“oppa ingat ini?” kataku sambil mengantungkan boneka itu di
depan wajahnya.
“ya.. jebal Se Ra yaa.. aku menyayangimu..”mohon nya. Demi
mendengar kalimat itu. Boneka malang itu dengan sekuat tenaga ku buang
jauh-jauh.
“YAAK HONG SE RA !! APA YANG KAU LAKUKAN !! itu benda yang
kau sayangi kan?!!” teriaknya tidak mengerti.
“anni oppaa.. sekarang tidak lagi. Aku benci pada
nya!”teriakku parau. Dia ? hanya
menatapku tak berkedip. Takjub mungkin. Tidak percaya dengan tindakanku.
“semua sudah selesai oppa. Terimakasih untul 2tahun yang
mengharu biru. Terimakasih sudah memberiku kebahagian dari sekian luka yang
oppa torehkan. Terimakasih atas semua nya. Dan juga Selamat atas hubungan mu
dan dia. Semoga kalian bahagia.” Aku tanpa merasa perlu melihat ekspresi nya
apa lagi merasa perlu mendengar teriakan dan panggilan nya. Terus berlari
menuju tempat ku tadi berlindung. Menarik seseorang yang dari tadi bersembunyi
di balik pohon dan juga yang dari tadi menjadi saksi mata atas segala nya.
***
“gwenchana ??”tanya nya khawatir. Hanya kata itu yang di
ulang-ulangnya seperti kaset rusak dari 15menit lalu. Rusuh menenangkanku yang
masih menangis tersedu. Meluapkan semua rasa sakit yang sedari tadi ku tahan
setengah mati.
“Yak.. Hong Se Ra., tangis mu membuat lebah pun enggan
hinggap di bunga ini.. lihatt,,, berisik sekali..”canda nya pada ku. aku yang
masih segukan. Tertawa kecil.
“ijinkan aku menangis hari ini oppa. Sungguh. Aku tidak
bisa. Tidak bisa menahan nya lagi, terlalu sakit. terlalu pedih, terlalu
sedih.” Pinta ku dengan suara sengau yang amat jauh dari kata merdu.
“kau jelek saat menangis Se Ra yaa..” canda nya lagi..
“oppaaaa,,,”rengek ku. kesal.
“arraaa... menangislaahh.. menangislah sepuasmu.. menangis
itu hak mu. Keluarkan semua rasa kesal, benci, bahkan marahmu. Lampiaskan. Aku
tidak peduli orang akan melihatmu seperti orang gila. Aku akan menemani mu
disini. Aku takut kau di tangkap petugas rumah sakit jiwa nanti.”
Aku menatapnya sadis. Orang ini, tidak tahu situasi dan
kondisi saat bercanda.
Menyebalkan. Ku tinggalkan saja dia. Berjalan cepat. Dengan sisa-sia airmata.
Menyebalkan. Ku tinggalkan saja dia. Berjalan cepat. Dengan sisa-sia airmata.
Tiba-tiba tangan itu menarik ku cepat. Bukan menariknya
saja. Tapi meraihnya dan merengkuh ku kedalam perlukan nya. Dan entah karena
apa. Tiba-tiba saja rasa sesak itu kembali menghimpitku. Membuat airmata ku
semakin banyak keluar. Aku bahkan menangis menjerit. Pedih sekali hati ku.
kehangatan ini. seperti kehangatan yang dia berikan.
“menangislah. Jika itu bisa mengembalikan senyum ceria mu.
Menangislah. Jika itu bisa membuat Se Ra kami kembali tertawa. Menangislah jika
itu bisa menghapus seluruh ceritamu. Menangislah sepuas mu Se Ra nya. Tapi,
esok kau harus membayar seluruh airmata yang jatuh hari ini. arraa ?” aku
mengangguk. Tanda setuju dan mengerti. Kalimat itu sungguh sederhana. Tapi
entah mengapa malah semakin menusuk ku. membuat tangisku pecah semakin nyaring.
Bahkan sekarang aku memukul-mukul nya. melampiaskan rasa kesal dan marah ku
yang tertahan.
Dia? Hanya mendekap ku semakin dalam. Membiarkan tubuhnya
menjadi samsak ku. membiarkan kemeja biru nya basah oleh airmataku. Dia sungguh
membiarkan ku menangis. Berteriak. memukul. Bahkan mencaci nya. Baik sekali dia
sekarang. Orang yang selama ini selalu ku cueki. Yang selalu bercanda
keterlaluan dengan ku. Orang yang selalu jadi tempat ku mengadukan kelakuan Il
Woo sahabatnya. Tempat ku bertukar Ide. Ya aku dan dia satu jurusan beda
angkatan dan semester. Sama-sama aktif di theater kampus. Hari ini dia teramat
baik padaku. Teramat baik.
“Se Ra ya.. esok lusa. Jika kau jatuh cinta lagi. Jangan kau
butakan matamu. Jangan kau tulikan telinga mu. Jangan kau dustakan hati dan
prasangka mu. Karena dari sanalah cinta yang tulus darimu bisa tersampaikan.
Kau juga tidak boleh terlalu percaya. Karena itu suatu saat mungkin saja akan
membuatmu terjatuh dan terluka lagi.” Akhirnya dia berkata lagi. Setelah dia hanya
diam memelukku dan mengelus punggungku.
Aku sekali lagi hanya menjawabnya dengan anggukan pelan. Di
iringi dengan sedu sedan pelan. Tangis ku sudah mereda banyak. Tak ada raungan.
Tak ada jeritan. Tak ada pukulan.
“Se Ra ya.. aku sebenarnya sudah tahu sejak lama. tapi, aku
tidak pernah tega memberitahu mu. Karena aku tidak suka melihat mu menangis
karena dia berkali-kali. Seharusnya duluu sekali. Kau tidak boleh memaafkan
dia. Tapi, sungguh aku tidak berhak melarangmu.”
Apa ? dia tahu. Demi mendengar ini. ku lepas pelukannya. Ku
tatap wajahnya. Mencari penjelasan. Aku amat mengerti makna tatapan itu. Sebuah
tatapan pembenaran. Tak ada dusta disana. Mata itu tegas. Setegas kalimat
berikutnya.
“aku tahu aku tak pernah berhak memberitahu mu. Tapi ijinkan
aku memberitahumu semua nya sekarang. Dengarkan aku baik-baik. Meski aku
bersahabat dengan nya. Aku membenci sifat nya yang satu itu. Aku benci dia
terus bermain-main dengan mu. Tapi, aku punya hak apa untuk melarangmu. Kau
hanya adik kelas ku. dongsaeng ku di teater. Dan juga kekasih sahabatku. Tapi
hari ini, aku sungguh tidak bisa menahan nya. Aku benci terus-terus melihat dia
mengandeng dan bermesraan dengan gadis yang bukan kau. Aku benci sifat playboy
nya itu.” dia berhenti disini. Terdiam. Entah lah mungkin sedang menyusun
kalimat-kalimat penjelasan. Dia pelan memakai sweeter putih kesayangan nya.
yang sedari tadi hanya terikat di lehernya.
“gadis tadi. Tidak hanya dia. Masih ada 2 gadis lain yang
sedang iya pacari.”
“MWO ?!!” aku terperanjat. Apa katanya ? tidak hanya gadis
itu ? MWO ?!! aku sungguh tertipu mentah-mentah sekarang.
“eemm.. itu benar. Aku melihat semua nya sendiri. Aku tidak
tahan. Makanya hari ini aku memperlihatkan salah satu nya padamu. Aku tidak mau
dia menyakitimu lebih lama. itu semua lebih dari cukup untuk membenci nya
bukan.”
Aku menatapnya takjub. Dia memikirkanku? Sedemikian baiknya.
Ah benar. selama ini dia yang selalu jahil mengatakan “bagaimana jika il woo
sekarang sedang selingkuh dengan seorang gadis seksi” dulu aku hanya memukulnya
dengan tasku. Sempurna mempercayai il woo. Tak pernah membiarkan akal sehat ku
menyadarkan. Tak pernah mendengarkan kalimat-kalimat penyindirian dari nya.
Duhai airmata kenapa tidak mau berhenti. Bukan kah semua
sudah terlampau jelas sekarang. Dia berselingkuh. Itu belum cukup kah? Dia juga
tidak pernah mencintaiku. Itu juga belum cukup ? aku bodoh jika terus menangis
karena nya. semua yang kulakukan selama ini sia-sia.
“kajjaa.. kau bukan kah harus menghapal script bagian mu ? pementasan
hanya 3 minggu lagi. Dan kau masih banyak belum hapalnya daripada hapalnya.”
Ajaknya kemudian. Tanpa merasa perlu mendapat jawaban dari ku. Dia terus
menarikku menjauh dari taman itu. menjauhi kenangan itu.
Dia membuatku sibuk di sepanjang sore hari itu.
menyuruhku mengulang-ngulang hapalan naskah dan juga berlatih ekspresi dan
intonasi. Ah aku lupa, di pementasan ini dia bertindak sebagai sutradara.
Memegang hak penuh atas pementasan ini. dan kabar baik nya hari itu, malam itu
juga. Kesibukan itu mengalihkan perhatian atas perasaan sedih yang menggunung
itu.
Membuatku sempurna melepaskan perasaan yang selama ini
mengukungku. Membuat gelap mata ku. menulikan telingaku.
***
Yaa.. kemarin hari yang berat. Tapi aku belajar banyak hal.
Ternyata berdamai itu jauh lebih mudah daripada melupakan seseorang yang pernah
mengisi hari-hari mu.
Hari ini aku duduk di kursi yang sama dengan yang dia duduki
kemarin. Aku menemukan boneka tanzmania malang itu. setelah rusuh mencari nya
kesana kemari tentu nya. Hari ini tidak ada si baik hati. Tidak ada dia juga,si pemain hati. Aku hanya sendiri. Mengenang semua nya. Tetapi percaya
atau tidak. Aku tidak merasa sedih. Sedih dan pedih ku sudah ku habiskan
kemarin.
Semua kesibukan yang dia ciptakan ternyata amat bermanfaat.
Ah tentu saja, si baik hati dan si pemain hati tetap bersahabat. Sahabat
yang bertolak belakang. Secara sifat tentu nya. Karena si pemain hati tak
pernah tahu bahwa sahabatnya si baik hati lah yang memberitahuku semua nya.
Ah aku belum pernah bertemu dengan dia hari ini. Bukan,
bukan aku yang menghindarinya. Tapi dia lah yang sebenarnya menghindari ku. Berlari
pergi saat berpapasan dengan ku. Menghindar saat melihatku keluar dari ruang
latihan. Padahal dia pasti sedang menunggu Min Ho oppa.
Aku akan menegur dan menyapa nya esok lusa. Tidak hari ini.
seperti nya dia lah yang takut padaku. Dia lah yang harus belajar menerima ku
sekarang.
Merima sebuah rasa sakit itu memang menyesakan. Tapi
sesungguhnya itulah sebuah proses dari berdamai dengan sebuah kisah masa lalu
yang menyakitkan. Mengubah rasa sakit itu menjadi rasa percaya diri dan
kekuatan untuk berjalan melaju ke masa depan.
Nanti, ketika merasa perlu menegok kebelakang. aku tidak
lagi merasa sedih dan sakit. Tapi, aku akan melihatnya dengan sebuah senyuman.
Ini semua pembelajaran, jangan pernah mengulangi hal yang sama seperti masa
lalu itu.
Karena sesungguhnya di balik semua rasa sakit itu ada sebuah
kebahagiaan. Jadi lihatlah kebahagian itu. untuk menapaki jalan masa depan. Bukan
kah hidup akan terus berlanjut ? meski itu dengan bentuk dan rupa nya
masing-masing.
_ E N D _
Tidak ada komentar:
Posting Komentar